Ramadan 2022
Lailatul Qadar dan Tradisi Ziarah Kubur di Dullah Laut Maluku
Ratusan masyarakat ziarah ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Desa Dullah Laut, Kota Tual, Maluku.
Laporan Wartawan TribunPapuaBarat.com, Safwan Ashari Raharusun
TUAL, TRIBUNAMBON.COM - Malam ke-27 Ramadan yang jatuh pada Kamis (28/4/2022) malam diyakini sebagai malam keramat oleh sebagian umat Islam.
Mereka biasa menghabiskan malam ganjil pada hitungan bulan Ramadan tersebut ke tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti makam dan sebagian lagi di masjid.
Di Desa Dullah Laut, Kota Tual, Maluku, khususnya pada malam Lailatul Qadar atau Damar Matan La'ai ini, masyarakat berbondong-bondong ziarah ke kuburan.
Baca juga: Doa Malam Lailatul Qadar, Lengkap dengan Keutamaan Melakukan Itikaf
Baca juga: Warga Antusias Nonton Tradisi Malam Tujuh Likur atau 27 Ramadan di Negeri Hitu
Seorang warga Dullah Laut, Kamaruzaman Raharusun (72) mengatakan, budaya ziarah ke kuburan pada Lailatul Qadar di bulan ramadan sudah ada sejak dahulu kala.
"Budaya ziarah kubur di desa ini sudah ada sejak orang-orang tua sebelum kami ada di dunia," ujar Raharusun, Kamis (28/4/2022).
Berdasarkan kepercayaan orang tua lanjutnya, malam Lailatul Qadar adalah momentum dimana amalannya dilipatgandakan seperti 1000 bulan.
Sehingga, pada kesempatan itu mereka melakukan ziarah ke kuburan, dan telah berlangsung selama ratusan tahun lalu.
"Kami sebagai anak yang baru lahir hanya mengikuti tradisi tersebut di desa Dullah Laut," tuturnya.
Ia mengaku, tradisi seperti ini dipercaya punya hubungan dengan masuknya Islam di Kota Tual.
"Kita sebagai anak boleh kaji di buku, namun orang tua telah mendapatkan pengetahuan hakikat dan makrifat lebih awal," ucap pria sembilan anak itu.
"Ilmu makrifat itu tidak tertulis di buku, dan memang didapat bersamaan dengan masuknya Islam."
Kata dia, budaya ziarah ke kuburan untuk menyalakan lampu (lilin) dan membaca yasinan, sebagian besar des di Kota Tual dan Maluku Tenggara ada.
"Tradisi malam 27 ramadan dan ziarah ke kuburan, memang semuanya telah mempercayai itu," jelasnya.
Tak hanya itu, ia menambahkan, tradisi tersebut dipercaya tidak masuk dalam syirik kepada Allah SWT.
Raharusun berharap, tradisi orang-orang tua ini tetap dilestarikan oleh generasi muda agar tidak punah di desa Dullah Laut.(*)