Virus Corona

4 Hal Versi IDI yang Harus Diperhatikan saat Isolasi Mandiri di Rumah, Jangan Sampai Jadi Fatal!

Melonjaknya kasus Covid-19 di Tanah Air membuat daya tampung rumah sakit tak lagi sanggup menangani pasien baru yang terpapar.

Editor: Citra Anastasia
IRNA
Ilustrasi virus corona. 

Siangnya, warga kembali mengantarkan makan siang dan juga menelepon Sanusi yang kembali tidak diangkat.

Karena curiga, warga memutuskan mendobrak pintu rumah tersebut dan menemukan Sanusi sudah meninggal dalam keadaan tidur.

Baca juga: Tata Cara Isolasi Mandiri di Rumah yang Baik dan Benar untuk Pasien Covid-19, Perhatikan Hal Ini

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Jember, dr Alfi Yudisianto mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika warga sedang menjalani isolasi mandiri.

"Kejujuran kondisi pasien, ada pengawasan (komunikasi) dokter, juga memiliki oxymeter," ujar Alfi, Selasa (20/7/2021).

Alfi menuturkan, salah satu hal penting ketika warga isolaso mandiri adalah jujur dengan kondisi diri sendiri.

Ini karena dalam kasus konfirmasi positif Covid-19 ada yang masuk kategori ringan, sedang, dan berat.

Orang yang terpapar berciri batuk, demam, juga anosmia masih masuk kategori ringan. "Namun jika sudah ada sesak, itu masuk kategori sedang, dan seharusnya membutuhkan fasilitas kesehatan," lanjutnya.

Kepada orang yang merawat, baik tetangga maupun dokter yang memberikan konsultasi dari jauh, pasien harus jujur dengan kondisinya.

Kedua, kata Alfi, harus ada pendampingan dari dokter.

Karena saat ini kasus positif Covid-19 semakin banyak, maka layanan pendampingan dokter dilakukan dari jarak jauh. Warga bisa memanfaatkan layanan ini.

Baca juga: Driver Ojol Ditemukan Meninggal Dunia saat Isolasi Mandiri, Saksi Terakhir Lihat Korban 2 Hari Lalu

Di Kabupaten Jember, lanjutnya, layanan pendampingan dan konsultasi jarak jauh ini sudah ada.

Pasien isolasi mandiri bisa memilih dokter yang dipercayanya untuk membuat komunikasi nyaman.

Pasien isolasi mandiri, imbuhnya, juga harus melapor ke RT untuk selanjutnya supaya dilaporkan ke tenaga kesehatan wilayah, seperti Puskesmas.

Jika ada pelaporan, nantinya petugas dari Puskesmas bisa melakukan pendampingan, atau kunjungan untuk mengecek kondisi warga yang isolasi.

"Kemudian punya oxymeter. Usahakan punya alat ini. Karena ini bisa mendeteksi awal saturasi oksigen. Khawatir terjadi kasus happy hypoxia," ujarnya.

Orang yang terserang ini tidak ada merasa sesak napas, namun ketika dicek oksigen dalam darahnya sudah di bawah kadar normal (minimal 95 persen).

Halaman
123
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved