Gempa Guncang Malteng
Peduli Korban Gempa yang Rumahnya Rusak, BEM Fisip Unpatti Gelar Aksi Galang Dana
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Pattimura menggelar aksi penggalangan dana untuk membantu korban
Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Salama Picalouhata
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Dedy Azis
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Pattimura menggelar aksi penggalangan dana untuk membantu korban gempa bumi di Kecamatan Tehoru, Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Aksi penggalangan dana dilakukan di Jalan Pattimura, Sirimau, Kota Ambon, Senin (21/6/2021) pagi.
Koordinator Aksi, Sahidin Rumain mengatakan penggalangan dilakukan untuk korban gempa yang rumahnya rusak.
"Kami terus melakukan penggalangan dana karena mendengar ada lebih dari 220 rumah yang rusak parah akibat gempa," kata Rumain.
Lanjutnya, dana yang terkumpul akan langsung dibawa ke lokasi korban gempa untuk sedikit membantu.
"Nantinya dana terkumpul akan dibawa ke lokasi gempa," kata dia.
Baca juga: Fakta-fakta Gempa Maluku Tengah: Pengungsi Butuh Makanan, Pakaian, Hingga Obat-obatan
Baca juga: Abua Tuasikal Pastikan Segera Perbaiki Kerusakan Akibat Gempa 6.1 di Maluku Tengah
Dia juga mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh masyarakat yang telah memberikan sumbangsi maupun atensinya.
“Semoga dana cepat terkumpul dan kami bisa membantu mengurangi beban mereka disana,"ujarnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maluku Tengah mencatat, ada 224 rumah warga rusak akibat gempa magnitudo 6,1 yang mengguncang Kecamatan Tehoru.
Ratusan rumah itu, rusak ringan hingga berat. Kerusakan paling parah terjadi di Negeri Mahu dan Dusun Saunalu.
BPBD juga mencatat 7.227 warga masih bertahan di sejumlah lokasi pengungsian yang tersebar di beberapa desa.
Sedikitnya terdapat 17 titik pengungsian yang tersebar di Negeri Tehoru saat ini.
Tujuh belas titik itu diantaranya, terdapat tiga lokasi pengungsian di Dusun Mahu, 2 lokasi di Dusun Saju, empat lokasi di Dusun Pasalolu, dan 8 titik pengungsian di Negeri Tehoru.
Dari 17 titik pengungsian itu, terdata sebanyak 1.011 orang anak berusia 6-12 tahun dan balita 0-5 tahun sebanyak 634 orang, sementara sisanya merupakan lansia dan orang dewasa. (*)