Kuti Kata Maluku

Kuti Kata; Jang di Mulu Sa

baiknya direnungkan dalam hati terlebih dahulu) sebab setiap orang yang dipegang adalah kata-katanya pula.

Editor: Fandi Wattimena
Sumber; Pdt. Elifas Tomix Maspaitella
Burung Kakatua di dalam sangkar 

AMBON, TRIBUNAMBON.COM- Nasehat-nasehat tua dari tanah kita mengajari pula "yang kaluar dari mulu asal dari hati" (=kata-kata yang terucap berasal dari hati).

Jadi "mau bilang apapa tuh, timbang di hati babae dolo" (=apapun yang hendak dikatakan, baiknya direnungkan dalam hati terlebih dahulu) sebab setiap orang yang dipegang adalah kata-katanya pula.

"Bicara kasih, jang di mulu sa" (=mengasihi, jangan sekedar ucapan saja), karena "kasih tuh seng cuma par bilang-bilang" (=kasih itu bukan untuk diucapkan saja), "kasih tuh bilang la biking" (=kasih itu sesuatu yang diucapkan persis itu pula yang dilakukan).

"Apalai kasih par sudara" (=apalagi kasih untuk seorang saudara), "jang deng hati stengah-stengah" (=jangan separoh hati/jangan dari ketidaktulusan), "musti deng hati ponoh-ponoh" (=harus sepenuh hati), "deng kalu bilang tuh biking" (=lalu kalau sudah dikatakan, lakukanlah).

Ada banyak alasan mengapa kasih kepada saudara itu mesti dikerjakan dengan tulus.

"Bisa manyangkal sapa sa mar jang manyangkal sudara" (=siapa pun bisa disangkali, tidak kepada saudara).

Baca juga: Kuti Kata; Jangan Mau Jadi Jongos

Baca juga: Kuti Kata; Jang Biking Diri Macang Tar Kanal Tuhan

Menyangkali seorang saudara berarti "manyangkal mama barana" (=menyangkali mama yang melahirkan kita).

"Manyangkal itu, umur pende" (=menyangkali itu, tidak panjang umur); bukan dalam arti mati secara fisik tetapi "hidop jao dari orangtotua deng basudara" (=hidup terpisah dari orangtuanya dan saudaranya), "itu sama sa deng kiamat" (=itu sama dengan hari kiamat).

"Biar busu-busu mar sudara sa" (=sejelek-jeleknya dia, tetap saudara kita).

Mungkin "tabiat tar jadi paskali" (=kelakuannya buruk) tetapi tetap saudara kita.

"Boleh tar suka dia tabiat, mar jang binci dia" (=tidak suka kelakuannya, tetapi jangan membenci dia), karena "potong di kuku rasa di daging", "sagu sa porna tuh ada satu yang angos" (=seforna sagu ada satu yang hangus).

"Sudara tuh sudara sa. Ada yang sakandong, sudara pela-gandong, sakampong, babirman, samua tuh sudara" (=saudara itu tetap saudara. Ada yang sekandung, saudara pela-gandong, sekampung, tetangga, semuanya saudara).

Jadi "kalu bilang sayang sudara, sayang samua" (=jika sayang saudara, sayang semuanya).

Karena itu kasih atau sayang kepada saudara itu "tar ada batas, la seng lia muka" (=tanpa batas dan tanpa pandang muka).

"Kalu sudara salah, tagor, kalu dia bae, junjung di kapala" (=kalau dia salah, ditegur; bila baik orangnya, dihormati).

Halaman
12
Sumber: Tribun Ambon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved