Ramadan 2021
Main Bola Api dengan Kaki Telanjang; Tradisi Ramadan Bocah Waihaong Ambon
Permainan bola api ini lebih menantang, sebab mereka memainkannya dengan kaki telanjang
Penulis: Nur Thamsil Thahir | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Nur Thamsil Thahir
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - "Over bola lae, nanti mate lagi," teriak Jodi (11 tahun), bocah Jl Waihaong, Kelurahan Waihaong, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, kepada temannya, Ari, Sabtu (24/4/2021) dini hari.
Lewat tengah malam, Jodo dan lima temannya, memainkan bola api.
Ini adalah salah satu tradisi tua Ramadan di pesisir Kota Ambon.
"Kita hanya main bola api kalau pulang tarwih," ujar Jodi, murid kelas VI SDN Silale, Ambon, kepada TribunAmbon.com.
Keriangan sepak bola api itu, terlihat rigid dan berbahaya.
Permainan bola api ini lebih menantang, sebab mereka memainkannya dengan kaki telanjang; tanpa alas kaki.
"Kalo pake sepatu dilarang maen," ujar rekan Jodi, menjawab pertanyaan apa mereka tak takut kulit kaki melepuh atau terbakar.
Baca juga: Angkringan Kribo Coffee Sediakan Takjil Gratis, Minumannya Pesan Sesuka Hati
Baca juga: Cuaca Buruk di Maluku, Transportasi Laut Bakal Tak Kantongi Izin Berlayar
Butuh nyali untuk mendribling atau menendang bola berbalut panas dan lidah api itu.
Tak perlu tanah lapang luas, lapangan sepak bola api cukup di badan jalan.
Jika ada kendaraan melintas, itu pertanda "breaktime".
Permainan juga break saat bola "kesasar" ke kolong kendaraan bermotor.
"Alhamdulillah, belum motor yang meledak," ujar remaja berusia 14-an, berkelakar,? saat ditanya efek bola api kesasar ke bawah kendaraan.
Selain nyali, Untuk memainkan bola api juga butuh keterampilan khusus.
Jika bola terlalu lama berdiam di kaki, atau ditendang terlalu keras, apinya padam. "Harus pakai perasaan, "
Butuh teknik dan material khusus untuk membuat bola api.
"batu apung paling besar kita rendam pakai minyak tanah, lalu dibakar Om," ujar Jodi, menjelaskan bola sepak itu.
Minyak tanah memang masih banyak didagangkan di kedai-kedai di Ambon dan Maluku.
Tak seperti daerah di Jawa, Sumatera dan Sulawesi, Minyak Tanah bersubsidi masih menjadi bahan bakar memasak warga urban dan pedalaman di Maluku.
Sekadar diketahui, batu apung mudah ditemukan di Ambon dan gugus pulau di Maluku.
Batu apung merupakan batuan vulkanik bertekstur vesikular (memiliki lubang lubang kecil).
Lubang pori tak beraturan itu terbentuk ketika sejumlah gas keluar dari lava kaya silika hingga menghasilkan masa abu-abu berbusa.
Baca juga: Kepala KSOP: Mudik Tidak Dilarang, Hanya Dibatasi Saja
Baca juga: Aset Negara Belum Dikembalikan, Mantan Anggota DPRD Bursel Bisa Terancam 7 Tahun Penjara
Angga(38 tahun), warga Silale, menyebutkan tradisi bermain bola api sudah dimainkan sejak dia masih kecil.
"Pokoknya masuk Ramadan, anak-anak Ambon su main bola api," ujarnya.
Tradisi memainkan bola api sejatinya bukan hanya di Ambon.
Santri di pesantren pesisir utara dan selatan Jawa Timur, dan Jawa Tengah, juga masih menjaga tradisi Tua ini.
Bedanya, jika di Ambon bolanya pakai batu apung, di Jawa bola terbuat dari gulungan kain kasa, sebesar dua kepalan oramg dewasa.
Bola gulungan kain itu juga direndam di ember berisi minyak tanah. (*)