Maluku Terkini
Usaha Pembuatan Stempel dan Papan Reklame di Ambon Sepi Peminat Saat Pandemi
Pendapatan saat belum pandemi pun tidak menentu, tergantung dari jumlah pesanan yang diterima. Apalagi saat pandemi.
Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Salama Picalouhata
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Dedy Azis
AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Pandemi virus corona memberikan dampak luar biasa terhadap sektor perekonomian.
Hampir semua lini terkena imbasnya.
Salah satunya usaha pembuatan stempel dan papan reklame di wilayah Kota Ambon.
Sejak pandemi virus corona melanda, penjualan stempel dan pembuatan papan reklame ikut sepi.
Pemilik kios stempel, Wandi, yang berlokasi di Jalan Kopi, Kelurahan Honipopu, Sirimau, Kota Ambon, mengaku penjualannya menurun selama pandemi berlangsung.
“Sejak pandemi ini, pendapatan menurun sekali,” ujar dia saat ditemui TribunAmbon.com, senin (8/3/2021).
Wandi mengatakan, selama hampir 30 tahun menggeluti bisnis ini, pandemi membuat usahanya hampir bangkrut.
Dia merasa kesulitan sejak pandemi ini berlangsung tahun lalu.
Baca juga: 96 Pasien Terpapar Corona di Maluku Dilaporkan Sembuh Per 8 Maret 2021
Baca juga: Dilaporkan Tak Gaji 30 Karyawan Selama 7 Bulan, Kantor Percetakan Negara di Ambon Diaudit
“Saya tidak pernah kesulitan menggeluti usaha ini, tapi pandemi membuat segalanya jadi sulit,” ujar dia.
Dia mengaku, pendapatannya saat belum pandemi pun tidak menentu, tergantung dari jumlah pesanan yang diterima. Apalagi saat pandemi.
Biasanya, sehari dia meraup keuntungan Rp.100 ribu hingga Rp. 200 ribu per hari.
“Pas pandemi ini, kadang tidak sama sekali,” ujarnya.
Belum lagi, dia harus membayar pajak retribusi sebesar Rp 2 ribu setiap harinya.
Ayah dua anak itu bercerita, pernah tidak mendapat penghasilan sama sekali dalam sehari.
Meskipun dia tetap membuka usahanya dari pukul 08.00 pagi hingga 18.00 sore.
Hal itu membuat dia tidak bisa memberi makan keluarganya. Mereka kadang hanya makan sekali atau tidak sama sekali.
“Sempat selama enam bulan cuma makan satu hari sekali,” ujarnya.
Dia melanjutkan, rekan-rekannya sesama pengusaha reklame dan stempel pun mengalami hal serupa.
Ceritanya, kendaraan motor milik rekan-rekannya ditarik perusahaan leasing maupun debt collector karena tak mampu membayar.
“Banyak teman-teman saya yang motornya di tarik kembali karena tidak ada pemasukan sama sekali selama pandemi," ujar Wandi.
Beruntung, sekarang dia masih mendapat pesanan pembuatan plat nomor kendaraan meski keuntungannya tidak seberapa.
"Kalau plat motor itu pasti ada setiap hari tapi untungnya cuma Rp. 20 ribu untuk plat yg biasa," ucapnya.
Dia mengaku tetap bertahan dan berusaha hingga penjualannya kembali normal.
"Alhamdulillah bisa bertahan sampai sekarang, sudah agak stabil," kata dia. (*)