Wisata Sejarah

Air Majapahit, Wisata Sejarah di Negeri Ema

Air Majapahit keluar dari kendi yang konon sebagai tanda kunjungan Putri Majapahit bernama Nyi Mas Kenang Eks Sutar.

Penulis: Tanita Pattiasina | Editor: Fandi Wattimena
TribunAmbon.com/ Tanita Pattiasina
Air Majapahit di Desa Ema, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon. Konon sebagai tanda kunjungan Putri Majapahit bernama Nyi Mas Kenang Eks Sutar di Desa Ema 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Tanita Pristiwani S. Pattiasina

AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Peninggalan Kerajaan Majapahit dapat kita temukan di hampir semua wilayah nusantara, tidak terkecuali di Kota Ambon.

Seperti di Negeri (Desa) Ema, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, di sini ada sumber mata air yang oleh penuturan warga memiliki hubungan dengan kerajaan Majapahit. Warga ema menyebutnya Air Majapahit.

Dari penuturan Kepala Soa Maitimu, Yosi Maitimu, Air Majapahit keluar dari kendi yang konon sebagai tanda kunjungan Putri Majapahit bernama Nyi Mas Kenang Eks Sutar.

“Airnya keluar dari kendi itu, tidak ada habisnya meski di musim kemarau,” ungkap yosi kepada TribunAmbon.com, Jumat (5/2/2021).

Lanjutnya bercerita, Nyi Mas Kenang Eks Sutar juga meninggalkan memberi tombaknya, sepasang tempat sirih dan gamelang kepada Malesi Maitimu (Hatubeisinang) yang adalah orang kepercayaan Kapitan Tanuhatu’ila, Pimpinan Negeri Ema.

Kisah Putri Dibalik Mengalirnya Air Majapahit di Negeri Ema, Pulau Ambon

Ia juga menaruh kendinya sebagai tanda ia pernah melakukan misi hingga ke Negeri Ema kepada generasi berikutnya.

Puteri Majapahit itu datang sekitar tahun 1330 dengan tujuan meminta bantuan Kapitan Tanuhatu’ila untuk memperkuat Kerajaan Majapahit dalam misi mempersatukan Nusantara.

Namun, permintaan itu ditolak sang kapitan. Dengan kecewa, sang putri bersama 20 pengawalnya pergi setelah menyerahkan sejumlah barang tersebut.

“Putri dan bawahannya itu seketika menghilang di tempat kendi itu diletakan,” katanya.

Dari kendi itu kemudian muncul air yang mengalir hingga kini.

Air Majapahit itu terletak di lembah tepat di tengah pemukiman warga. Terdapat lebih dari 200 anak tangga yang harus dilewati untuk sampai ke mata air.

Kondisi jalanan juga cukup terjal, sehingga harus ekstra hati-hati saat menuruni atau menaiki anak tangga itu.

Di mata air dibangun sebuah singgasana dengan lukisan matahari beserta atap dan gerbang yang bertuliskan Mojopahit.

“Singgasana itu untuk untuk melindungi mata air agar tidak tertutupi tanah atau bebatuan yang seringkali jatuh,” katanya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved