Ambon Terkini
Satu Dekade Sol Sepatu di Lorong Tikus, Muslim; Sekarang Cuma Dapat 50 Ribu Perhari
Dia memboyong istri dan ketiga anaknya itu di kampung halamannya. Lantaran penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan keluarga.
Penulis: Mesya Marasabessy | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Mesya Marasabessy
AMBON, TRIBUNAMBON.COM,- Lebih dari satu dekade menjadi Tukang Sol Sepatu di Lorong Tikus, kawasan Pasar Mardika Kota Ambon, Muslim mengingat betul setiap perubahan yang terjadi di lorong tersibuk di kota bertajuk Manise itu.
Tidak hanya pemilik dan karyawan lapak, pria yang akrab disapa Imu itu bahkan mengenali nomor kendaraan yang lewat di jam-jam tertentu.
Dia mengaku saking lama disitu, dia punya puluhan pelanggan tetap yang tidak pernah ingkar.
“Mereka (pelanggan) datang, titip sepatu, nanti diambil meski waktunya tidak menentu,” ujarnya saat disambangi TribunAmbon.com di sudut salah satu lapak, Selasa (25/1/2021).
Dari jasa yang ditawarkannya, pria asal Buton, Sulawesi Tenggara telah membangun sebuah rumah untuk keluarganya.
Dia juga menyewa lapak yang diisi aneka kosmetik dan perlengkapan kewanitaan.
“Alhamdulillah ada usaha lainnya,” katanya sambil menunjuk ke arah lapak, persis di sampingnya.
Baca juga: Sehari Dapat Rp 50 Ribu, Pengemudi Speed Boat di Mardika Mengaku Kesulitan
Menurutnya, kawasan lorong tikus cukup strategis karena merupakan jalur alternatif menuju pasar ataupun ke pusat kota.
Ayah dari tiga orang anak itu memang sangat mengenali kondisi di lorong tikus. Dia pun memastikan, pandemik merupakan kondisi terparah dari kondisi sulit lain yang pernah dilaluinya selama menjalani pekerjaan itu.
Dengan sangat terpaksa , Dia memboyong istri dan ketiga anaknya itu di kampung halamannya. Lantaran penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan keluarga.
Rerata setiap harinya dia hanya mampu membawa pulang Rp. 50 ribu dari 11 jam waktu kerja.
Turun jauh dari sebelumnya yang bisa mencapai Rp. 200 ribu perhari.
“Sekarang cuma dapat Rp. 50 ribu. Sebelumnya sekitar Rp. 200 ribu perhari, bisa lebih kalo pas ramai,” paparnya.
Kondisi itu dirasa sangat menyulitkan, karena telah berlangsung lama dan belum dapat diprediksikan kapan pandemik berakhir.
Imu pun hanya bisa bersabar dan berharap kondisi bisa segera normal kembali agar dia dapat berkumpul lagi dengan keluarganya.
“Semoga cepat berakhir, sudah rindu sama keluarga,” tandasnya.