Kisah Bocah Pengangkut Wisatawan di Ohoi Letman Kepulauan Kei, Berani Bawa Perahu dan Flying Fox
Kisah bocah mengangkut wisatawan dari pesisir Desa Letman menuju ke gugusan pulau bernama Yeer Teran Ratut (YTR) menggunakan longboat
Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Adjeng Hatalea
TRIBUNAMBON.COM - Satu di antara faktor yang diperkirakan mampu menambah pendapatan suatu daerah yakni objek wisata.
Hal ini dapat diperoleh dengan penyediaan jasa maupun pembangunan di daerah wisata itu sendiri.
Dengan adanya sebuah objek wisata di suatu daerah, maka dengan sendirinya memberikan ruang bagi masyarakat lokal untuk memperoleh pendapatan jika dikelola dengan baik.
Tak banyak, namun dengan adanya wisatawan yang datang berkunjung ke lokasi tersebut, masyarakat telah diberdayakan dan bisa menambah pemasukan bagi mereka.
Baca juga: Wisata Seram Bagian Timur: Danau Sole yang Asin dan Hening Tersembunyi di Hutan Pulau Manawoku
Hal ini pula yang dirasakan Zidan Ohoibor (14) dan Rehan (9) di Desa Letman Kecamatan Kei Kecil, Maluku Tenggara, Provinsi Maluku.
Tonton Juga :
Keduanya masing-masing masih duduk di bangku SD dan SMP.
Semenjak dijadikan sebagai tempat wisata dan dibuka untuk umum pada November 2017 lalu, spot wisata di Desa Letman yang dikenal dengan nama Yeer Teran Ratut (YTR) telah membuka ruang bagi kedua siswa itu.
Baca juga: Tujuan Wisata Mirip Raja Ampat di Maluku Tenggara, Pulau Baer Ramai Pengunjung Meski Pandemi
Tentunya bersama anak-anak di desa tersebut untuk menunjukan kemampuan mereka dalam mengoperasikan mesin longboat.
Tugas mereka adalah mengangkut wisatawan dari pesisir Desa Letman menuju ke gugusan pulau bernama YTR menggunakan longboat dengan jarak tempuh kurang lebih lima menit.
Zidan dan Rehan bagaikan Nahkoda dan Juru Mudi yang siap menyalakan mesin lalu melaju jika telah cukup muat.
Siaga Operasikan Flying Fox
Meski jarak tempuh yang bisa dibilang singkat itu, wisatawan dibuat gugup ketika longboat melintasi air laut berwarna biru kehijauan dengan arus yang cukup kencang.

Namun, layaknya profesional, kedua bocah itu berhasil mengantarkan wisatawan hingga tiba di tempat tujuan dengan selamat.
Selain mengemudi longboat, mereka juga standby jika diperlukan untuk meluncur menggunakan salah satu fasilitas paling diminati di lokasi ekowisata itu, yakni flying fox.
Baca juga: Wadah Pemandu Wisata di Pulau Banda Terbentuk, Ini Upaya HPI Kembangkan Pariwisata
Sesekali ada wisatawan yang khawatir menggunakan fasilitas tersebut karena dipasang secara manual dengan menggunakan tali yang menghubungkan dua pulau di kawasan itu.
Maka, mereka akan menunjukan cara penggunaan yang tepat agar tak mudah jatuh sebelum waktunya, atau sekedar mengurangi rasa takut bagi yang ingin mencoba.
Cara bermain flying fox di YTR itu pun cukup ekstrim.
Namun, Zidan yang masih duduk di bangku SMP Kelas II itu memperlihatkannya dengan cara yang sangat profesional.
Pertama, ia memegang kencang batang kayu segitiga yang diikat di tali sebagai pemegang, lalu memasang kuda-kuda.
Dengan sigap, dia meluncur dari satu sisi pulau dengan ketinggian kurang lebih 12 meter.
Sebelum mencapai sisi pulau lainnya, ia lalu menjatuhkan diri tepat di bagian tengah yang dibawahnya air laut berwarna biru kehijauan.
Arus memukul dengan kencang dari arah dalam teluk membawanya ke luar.
Namun, di sana sudah ada Rehan, si pengendali mesin yang siap menjemputnya dengan longboat.
Dengan memperlihatkan cara menggunakan flying fox itu, wisatawan jadi ikut mencobanya.

Keahlian yang dimiliki Zidan dan Rehan juga anak-anak lain di Desa Letman itu tidak diperoleh dari pembelajaran khusus, namun mereka dibentuk oleh alam.
Tinggal di daerah pesisir, di mana sebagian besar aktivitas mereka dihabiskan dengan bermain di laut menjadikan mereka terlalu terbiasa dengan keadaan itu.
Baca juga: Perkuat Potensi Wisata Kampung Siwang Ambon, Ini yang Dilakukan Kelompok Sadar Wisata
Mereka menjalani rutinitas ini di setiap akhir pekan atau di saat libur sekolah.
Bersyukur dengan keahlian itu mereka bisa membantu orang tua mereka untuk memenuhi kebutuhan sekolah atau sekedar untuk uang saku.
(*)