TPA Toisapu Ditutup, Ratusan Pemulung di Kota Ambon Kehilangan Pencaharian
Ratusan pemulung kena dampak dari penutupan TPA Toisapu, bahkan banyak yang harus beralih cari pekerjaan untuk menyambung hidup
Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Fandy
TRIBUNAMBON.COM - Penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Toisapu dan Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) di Toisapu, Kota Ambon, Rabu sore (7/10/2020) berimbas bagi ratusan pemulung.
Mereka yang setiap hari mengais rezeki dari tumpukan sampah itu hanya bisa pasrah menyaksikan portal masuk TPA dirantai oleh pihak ahli waris.
Melalui kuasa hukumnya, pun telah menegaskan larangan untuk melaksanakan aktivitas di kawasan tersebut sampai tuntutan ganti rugi lahan ditunaikan Pemerintah Kota Ambon.
"Kami bisa apa, untuk sementara harus cari sesuatu (penghasilan) di luar, di sini sudah tidak bisa lagi," ungkap Pina Goeslaw setelah penutupan TPA.
• Pemkot Ambon Disebut Belum Bayar Lahan, TPA Toisapu Ditutup
Pina adalah satu dari 180 pemulung yang beraktivitas dikawasan TPA Toisapu.
Dia tinggal tidak jauh dari TPA dan setiap harinya memunguti sampah plastik, kaleng dan botol kaca.
Sampah yang dipungut kemudian dipilah sesuai jenisnya, ditumpuk hingga memiliki berat yang cukup, barulah dijual ke penadah barang bekas.
"Kumpul satu sampai dua bulan, kalau sudah banyak baru sekalian dijual," katanya.
• ACT dan MRI Cabang Ambon Dirikan Dapur Umum hingga Posko Kesehatan Bagi Korban Banjir Batu Merah
Tidak banyak yang bisa didapat, tidak tentu pula jumlahnya.
Biasanya berkisar Rp. 300 ribu sampai Rp. 600 ribu untuk setiap bulannya.
Kisaran angka itu tentu jauh dari cukup bagi ibu dari lima orang anak itu.
Apalagi dua anaknya juga masih kuliah.
"Satu jurusan keperawatan dan satu masih kuliah juga, yang ada saja dibuat cukup," katanya.
Terpaksa Cari Kerja Lain
