Sudjiwo Tedjo Marah Besar Lihat Kerumunan di Bandara dan McDonald Sarinah: Agak Geli Melihatnya
Sudjiwo Tedjo mengaku marah besar setelah melihat banyaknya masyarakat yang melakukan kerumunan di tengah pandemi virus corona
Budayawan Sudjiwo Tedjo mendukung penuh kebijakan yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan terkait larangan tegas untuk tidak mudik.
Anies Baswedan sebelumnya meminta seluruh warga Jakarta untuk menunda mudik di tengah pandemi virus corona.
• Pemerintah Indonesia Gaungkan New Normal, Bagaimana Skenario untuk Aktifitas Pendidikan di Sekolah?
• 120 Tenaga Medis Bertugas 26 Mei 2020 di RSUP Dr. J. Leimena Ambon, Siap Tangani Covid-19
Dilansir TribunWow.com, Sudjiwo Tedjo mengakui bahwa mudik memang sudah menjadi budaya yang melekat pada masyarakat Indonesia.
Meski begitu, Sudjiwo Tedjo menyebut bahwa apa yang disebut sebagai budaya masih bisa untuk diubah.
Dengan begitu, artinya budaya mudik yang selalu dilakukan menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran juga bisa diubah.
Pekerja seni itu juga mengaku telah mengubah budaya mudiknya untuk tidak pulang ke kampung halamannya di Jember dengan tetap bertahan di Tangerang.
Hal ini disampaikan Sudjiwo Tedjo dalam acara Indonesia Lawyers Club, Selasa (19/5/2020).
"Saya enggak setuju, yang enggak bisa diubah itu alam, kalau budaya itu (bisa)," ujar Sudjiwo Tedjo.
"Termasuk kebiasaan pulang, saya setuju kata Pak Anies tadi, apa salahnya kita sekarang tidak pulang dulu," jelasnya.
• Viral Pemakaman Bayi Berusia 10 Hari PDP COVID-19, Ini Pesan Petugas yang Memakamkan pada Masyarakat
• Wali Kota Ambon Janji Warga yang Reaktif Rapid Tes, Keluarganya Dijamin Pemerintah Selama Karantina
Namun menurut Sudjiwo Tedjo, masyarakat akan dapat mengubah budaya jika memang mempunyai kesadaran dari dirinya pribadi masing-masing.
Ketika tidak disadari maka jelas mereka akan tetap melakukan berbagai upaya untuk tetap melaksanakan budayanya atau kebiasaannya.
"Kalau pulang itu menjadi adat, saya yakin adat bisa diubah, asal disadari," terang Sudjiwo Tedjo.
"Bagaimana kita mengubah kebiasaan, kalau kebiasaan itu tidak disadari, imbuhnya.
Lebih lanjut, penulis buku Tuhan Maha Asyik itu mencontohkan dengan kebiasaan sehari-hari.
Dirinya mengatakan baru berhasil mengubah cara mengosok gigi yang benar pada usia sekitar 50 tahunan.