Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Kita Berpuasa? Metabolisme Melambat hingga Jaringan Otot Terbakar
Hati dan otot menyimpan glukosa dan melepaskannya ke aliran darah kapan pun tubuh membutuhkannya. Namun selama berpuasa, proses ini tentu saja berubah
Penulis: Fitriana Andriyani | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
TRIBUNAMBON.COM - Saat berpuasa, kita tak boleh makan dan minum selama lebih dari 12 jam.
Dengan deminikan, tubuh kita tak mendapatkan nutrisi yang biasanya disediakan oleh makanan dan minuman yang kita konsumsi.
Lalu, apa yang terjadi pada tubuh saat tak mendapatkan nutrisi yang sangat diperlukan?
Berpuasa atau tidak, tubuh tetap membutuhkan energi.
Sumber energi utama bagi tubuh adalah zat gula atau disebut glukosa yang biasanya berasal dair karbohidrat.
• Negara dengan Waktu Puasa Ramadan 1441 Hijriah Terlama dan Tercepat, Muslim Oslo Puasa Selama 20 Jam
• 8 Tips Buka Puasa yang Baik untuk Kesehatan, Hindari Makanan yang Digoreng dan Jangan Buru-buru
Saat tak berpuasa, kita memperoleh karbohidrat itu dari konsumsi nasi, biji-bijian, buah, sayur tertendu, bahkan dari makanan manis.
Hati dan otot menyimpan glukosa dan melepaskannya ke aliran darah kapan pun tubuh membutuhkannya.
Namun selama berpuasa, proses ini tentu saja berubah.
Setelah sekitar 8 jam berpuasa, hati akan menggunakan cadangan glukosa terakhirnya.
Pada titik ini, tubuh memasuki keadaan yang disebut glukoneogenesis, atau perubahan tubuh ke 'mode puasa'.
Mengutip Medical News Today, penelitian menunjukkan glukoneogenesis meningkatkan jumlah kalori yang dibakar tubuh.

Tanpa karbohidrat yang masuk, tubuh menciptakan glukosa sendiri yang sumber utamanya berasal dari lemak.
Proses itu mengakibatkan tubuh kehabisan energi, mode puasa kemudian berubah menjadi mode kelaparan yang lebih serius.
• Cara Mengatasi Kulit Kering karena Berpuasa, Menu Sahur dan Berbuka Sangat Berpengaruh!
Pada titik ini, metabolisme melambat dan tubuh mulai membakar jaringan otot untuk menghasilkan energi.
Meskipun ini adalah istilah yang terkenal dalam budaya diet, mode kelaparan sejati hanya terjadi setelah beberapa hari berturut-turut atau bahkan berminggu-minggu tanpa makanan.
Ketika berpuasa, kita hanya tak mendapatkan makanan selama kurang lebih 13 jam, maka dari itu tubuh kita tetap aman.
Bisakah puasa membantu penurunan berat badan?

Dalam sejumlah kasus, puasa dapat membantu menurunkan berat badan.
Namun, penelitian memperjelas bahwa hal ini tak selalu berlaku bagi semua orang.
Beberapa program diet mengharuskan orang untuk hanya meminum air putih, sementara yang lain mengizinkan minuman nol kalori.
Puasa tidak selalu lebih baik daripada metode penurunan berat badan lainnya, termasuk mengurangi asupan kalori harian dengan jumlah sedikit.
Sebuah penelitian menunjukkan orang-orang dengan obesitas yang berpuasa sebentar-sebentar selama 12 bulan kehilangan sedikit lebih banyak berat badan daripada mereka yang berdiet dengan cara yang lebih tradisional, tetapi hasilnya tidak signifikan secara statistik.
Batas-batas puasa tampaknya kurang berkaitan dengan efek fisiknya daripada bagaimana ia cocok dengan gaya hidup tertentu.
Misalnya, penelitian yang sama menemukan bahwa orang yang berpuasa lebih cenderung menyerah pada upaya penurunan berat badan daripada mereka yang berdiet dengan cara yang lebih tradisional.
Para peneliti menyimpulkan bahwa puasa mungkin lebih sulit untuk dipertahankan seiring waktu.
Beberapa ahli puasa setuju bahwa mudah untuk menurunkan kesuksesan penurunan berat badan dengan makan berlebihan setelah periode puasa.
Hari-hari puasa juga dapat menawarkan rasa aman yang salah, membuat orang mengabaikan kebiasaan makan yang positif pada hari-hari biasa.
(Tribunambon.com/Fitriana Andriyani)