Virus Corona di Ambon
Nasib Warga Pengungsian di Desa Liang Maluku saat Pandemi Covid-19, Pakai Masker Bergantian
Salah satu keluarga di kawasan pengungsian Desa Liang, Maluku Tengah harus bergilir menggunakan masker kain di tengah pandemi
Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Adjeng Hatalea
TRIBUNAMBON.COM - Salah satu keluarga di kawasan pengungsian Desa Liang, Maluku Tengah harus bergilir menggunakan masker kain di tengah pandemi
Hal ini karena mereka kesulitan mendapatkan masker di tengah wabah Corona Virus Disease (Covid-19) ini.
Ditemui di tenda pengungsian yang berada tepat di perbukitan Desa Liang, Kamis (16/04/2020).
Siang itu, Ibu Hawa Lessy yang tinggal bersama empat anaknya, mengaku dirinya hanya mempunyai satu masker kain yang digunakan secara bergantian dengan anak perempuannya.
Masker itu, kata Ibu Hawa, dibelikan salah satu anaknya yang sehari-hari mengais rezeki sebagai penjual asongan di Pelabuhan Hunimual, Maluku Tengah.
"Itupun dia beli karena jika tidak menggunakan masker, anak saya tidak diijinkan berjualan di dalam kawasan Pelabuhan," Tutur Ibu Hawa dengan senyum tipisnya.

Masker yang dibeli dengan harga 20 ribu itu akan dicuci setiap kali pemakaian kemudian akan digunakan kembali oleh Ibu Hawa jika hendak ke pasar.
Ketika Tribunambon berkunjung ke tenda pengungsiannya, masker tersebut diletakkan di atas gazebo sederhana tepat di depan tenda.
Masker itu sudah terlihat lusuh dan kotor, ternyata anak perempuannya baru saja kembali dari Pelabuhan. Ibu Hawa hendak mencuci masker tersebut agar bisa digunakan kembali.
• Kapal di Pelabuhan Tulehu Maluku Tengah Tetap Beroperasi, Kepala Pelabuhan: Belum Ada Surat Resmi
• Aturan Pelaku Perjalanan dari Ambon yang Kembali ke Maluku Tengah, Setelah 14 Hari & Wajib Karantina
• Anies Baswedan: Hilang Pekerjaan Itu Sangat Berat, Tapi Kehilangan Nyawa Bagaimana Mengembalikannya
Dia mengaku mengetahui imbauan-imbauan Pemda tentang cara melindungi diri dari serangan wabah virus corona ini.
Termasuk wajib menggunakan masker jika hendak keluar rumah.
Namun, kondisi ekonomi yang membuat dirinya harus bersyukur jika bisa untuk sekedar makan sehari-hari.
Hal yang sama dikeluhkan oleh warga pengungsi lainnya.
Naken Samual mengaku sejauh ini hanya ada imbauan-imbauan yang diteriakan pemerintah lewat alat pengeras suara.