AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Balai pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XX studi pelestarian Tahuri di Maluku.
Studi ini berfokus di Pulau Saparua Maluku Tengah dengan substansi studi menggali makna dan simbol Tahuri dalam pendekatan etnomusikologi orang Maluku.
Studi ini berlangsung dari tanggal 21-29 Mei 2025.
Adapun tujuan utama adalah menyiapkan data berupa dokumen akademis guna persiapan pengusulan Tahuri sebagai warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO.
Mengingat tahuri menjadi ikon utama Ambon sebagai kota musik dunia pada tahun 2019.
Penjelasan Tahuri sebagai simbol identitas budaya orang Maluku tidak terbantahkan lagi karena dari aspek pemanfaatannya yang berkelanjutan mencerminkan adat yang memiliki kekuatan kosmos laut dan darat sebagai simbol kehidupan.
Baca juga: Update Harga Enbal Mentah dan Olahannya Hari Ini di Pasar Langgur Maluku
Baca juga: Anggota DPRD SBT Alexander Patty Dipolisikan Dugaan Kekerasaan Terhadap Anak di Bawah Umur
Selain itu, penguatan Tahuri sebagai Objek Pemajuan Kebudayaan sebagaiamana diamanatkan dalam undang-undang No 5 tahun 2017 maka studi ini menempatkan tahuri sebagai produk budaya dengan empat strategi pokok.
Antara lain melakukan pelindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan.
Dari aspek pelindungan, proses studi ini adalah bentuk upaya menjaga keberlanjutan tahuri melalui inventarisasi yang berfokus pada pengamanan objek pemajuan kebudayaan yang dilakukan dengan cara memperjuangkan objek pemajuan Kebudayaan sebagai warisan budaya dunia.
Sesuai pasal 22 butir 3 undang-undang Pemajuan Kebudayaan.
Karena itu pelaksanaan kegiatan studi pelestarian Tahuri yang dilakukan di Pulau Saparua oleh Balai Pelestaraian Kebudayaan Wilayah XX dengan menggandeng dosen Etnomusikologi Keterina Tiwery dari IAKN Ambon bersama Tim Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX antara lain Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX, Dody Wiranto, Kasubag Umum BPK XX, Stenli Reigen Loupatty dan Pamong Budaya Ahli Muda Mezak Wakim dan Zamrud Palijama.
Kegiatan Studi Pelestarian tahuri ini berlangsung selama sembilan hari dengan hasil temuan antara lain;
1. Tahuri masih menjadi pilihan utama alat musik tradisional di wilayah Saparua sebagai bentuk komunikasi adat masyarakat adat di Pulau Saparua
2. Pada masing-masing wilayah adat substansi penggunaan tahuri umumnya hampir sama namun yang membedakanya adalah pada hitungan bunyi. Ada yang bunyi ganjil maupun genap sebagai simbolisasi adat masing-masing wilayah adat di Saparua
3. Aspek pewarisan musik tahuri; cenderung mengalami kendala karena tidak semua generasi muda dapat menggunakan tahuri mengingat metode yang dipakai masih secara tradisional, dibatasi pada marga-marga tertentu