Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Banyak yang tak tahu, sebelum para pedagang menjual ikan di Pasar mereka membelinya melalui suatu proses yang disebut lelang ikan.
Pelelangan ikan berlangsung setiap harinya di Pasar Arumbae Mardika, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.
Mulai pukul 06.30 WIT saat hasil tangkapan ikan didatangkan dari berbagai daerah masuk di Pasar.
Mobil-mobil pengangkut ikan berjejer menunggu muatannya dibongkar.
Baca juga: Intip Suasana Bongkar Muat Hasil Tangkapan Nelayan di Pantai Wayasel Negeri Seilale
Ikan yang sebelumnya sudah ditampung dalam loyang-loyang besar diturunkan.
Pemilik ikan berdiri menghadap sejumlah loyang besar berisi ikan yang sudah dipisahkan berdasarkan jenis dan ukuran.
Tawar menawar harga pun terjadi dalam lelang tersebut.
Ikan-ikan yang dilelang biasanya berupa ikan Momar, Cakalang, Tatihu, Komu, dan Make.
Harga pun bervariasi mulai dari Rp. 250 ribu hingga Rp. 600 ribu.
Namun, harga tersebut bisa jauh lebih mahal jika hasil tangkapan nelayan sedikit akibat cuaca buruk.
Para peserta lelang tak lain adalah para penjual ikan di Pasar.
Mereka tentu menawar dengan harga dibawah harga patok yang disebut pemilik ikan.
Proses ini bisa berlangsung lama, bahkan memakan waktu lebih dari satu jam.
Ada bahasa-bahasa isyarat tertentu yang hanya dipahami para pelaku lelang ikan.
Seni berdagang yang mereka gunakan tak bisa anda dapat dari pelajaran sekolah mana pun.
Untuk mencapai kesepakatan harga yang menguntungkan tak bisa menggunakan teori ekonomi yang didapat di dalam kelas maupun pencarian google.
Itulah ilmu pasar, praktek bertahun-tahun yang tak bisa dipatahkan dengan teori mahasiswa semester dua.
"Di Pasar ini harga cepat berubah, sulit kita prediksi jika baru berkecimpung. Makanya butuh pengalaman asam garam," ujar salah seorang penjual ikan, Fansyer Titiorim.
Dijelaskan, harga ikan yang dijual tak bisa bergantung pada perhitungan modal.
Jika salah strategi maka harga ikan jatuh dibawah harga pasar.
Tak jarang pelaku lelang menurunkan harga jual sebelum harga ikan makin jatuh hingga tak pulang modal.
Hal itu dimungkinkan jika saat proses pelelangan masih berjalan namun, ada ikan dari daerah lain masuk dengan jumlah lebih banyak.
Sebagai penjual tentunya harus pandai membaca situasi jika tak ingin rugi.
Saat mencapai kesepakatan harga, para peserta segera membayar.
"Kalau ikan yang masuk semakin banyak, kita tak bisa menahan terlalu lama dengan harga tinggi. Harus segera mencapai kesepakatan harga," jelasnya.
Tak tunggu lama, buruh pikul langsung membawa ikan menuju tempat penjualan selanjutnya, yaitu dijual langsung ke tangan terakhir.
Proses itu terus berulang, hingga ikan-ikan dari nelayan habis terjual ke para pedagang ikan.