"Setelah itu dilanjut dengan rasa kesemutan atau rasa panas (parestesi) di lokasi gigitan, cemas dan mulai timbul fobia yaitu hidrofobia, aerofobia, fotofobia sebelum meninggal dunia," ucap Imran.
Sejumlah upaya telah dilakukan dalam penanggulangan Rabies di Indonesia.
Melakukan koordinasi secara berkala dengan Lintas Kementerian/Lembaga melalui pendekatan One Health.
Selain itu, menyediakan Pedoman Penanggulangan Rabies untuk seluruh Faskes tingkat pertama dan lanjutan.
Melatih pengelola program zoonosis baik dari sektor kesehatan manusia, hewan, maupun satwa liar.
"Menyediakan kebutuhan logistik berupa Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR), menyediakan Media KIE untuk seluruh Faskes tingkat pertama dan lanjutan," beber Imran.
Melakukan penyelidikan epidemiologi terpadu (sektor kesehatan manusia,hewan, dan satwa liar) jika terjadi peningkatan kasus/KLB.
Melakukan surveilans pada manusia melalui sistem kewaspadaan dini dan respon dan membentuk Rabies Center.
Gejala Awal Rabies Pada Manusia
Bukan hanya terjadi pada anjing, virus rabies ini ternyata bisa ditularkan kepada manusia lewat gigitan yang menghasilkan air liur.
Ketika virus rabies masuk ke dalam tubuh manusia, maka virus ini akan menggunakan sel lain sebagai tempat berkembang biak.
Virus baru itu kemudian akan pecah, merobek sel terbuka dan menyebar ke luar yang menyebabkan infeksi pada lebih banyak sel.
Namun setelah beberapa minggu, maka akan ada gejala-gejala awal yang akan muncul menyerupai penyakit flu.
Gejala awal itu bisa seperti demam, kelelahan, tubuh yang terasa tidak nyaman, sakit kepala, hingga gatal di bekas luka.
Jika dibiarkan begitu saja, maka gejalanya akan semakin memburuk hingga menimbulkan gejala lanjutan yang lebih parah.