Ibu diberi Tuhan hati nurani, hati ibu sudah mati," kata Rosti.
"Relakah anak ibu disiksa dianiaya.
Ikhlaskah?
Apakah rela dan ikhlas?" imbuhnya.
Rosti juga menyinggung Ferdy Sambo dan mempertanyakan kejahatan yang coba ditutupi Sambo dengan membunuh putranya tersebut.
"Kejahatan apa yang harus bapak tutupi untuk kematian anakku almarhum Yosua.
Apa saja yang ditutupi?" tanya Rosti.
Dengan segala tindakan Sambo bersama komplotannya di kepolisian untuk menutupi pembunuhan anaknya tersebut, Rosti pun menyindir soal posisi penegak hukum.
Dia pun berharap Sambo mengakui segala perbuatannya dan bertobat, dan tak ada pangkat-jabatan yang bisa melindungi dari hukum Tuhan.
"Ferdy sambo segeralah sadar, bertobat, hidup ini tidak kekal abadi.
Apapun pangkat dan jabatan, sadarlah sebagai ciptaan Tuhan.
Kalau Tuhan menghendaki semua akan musnah. Apa yang kita tuai akan kita tabur," kata Rosti.
"Saya sebagai ibu kandung yang telah mendidik anak saya.
Di sini saya harus mengutarakan bagaimana hancurnya hati saya kepada anak kandung yang sudah saya lahirkan dan besarkan sebagai titipan Tuhan yang membanggakan," ujar Rosti.
"Kejahatan apa yang harus bapak tutupi untuk kematian anakku almarhum Yosua?
Kami tak habis pikir sebagai ibu," imbuh Rosti.
Menurut Rosti Sambo seharusnya bisa menjadi panutan.
Dia menyebut kalaupun anaknya memiliki kekurangan dalam bertugas mestinya diajari dengan diberikan sanksi.
Rosti tak habis pikir bagaimana Sambo sebagai atasan yang setiap hari dikawal oleh anaknya, malah menghabisi nyawa Yosua.
"Hancurnya hatiku bapak, bapak lahir dari seorang ibu.
Bapak juga ciptaan Tuhan.
Karena itu mohon segeralah sadar.
Tetesan darah anakku itu, jeritan tangisan anakku itu mungkin tidak terlupakan dari hati seorang ibu," kata Rosti.
Sidang hari ini merupakan pertama kali orang tua Brigadir J bertemu dengan Sambo dan Putri Candrawathi selaku terdakwa pembunuh anaknya.
Rosti dan suaminya didatangkan majelis hakim sebagai saksi.
(TribunAmbon.com)(TribunJatim.com)(WartaKotalive.com)