Virus Corona di Ambon

Dampak Corona, Omzet Pendapatan Tukang Jahit di Ambon Menurun Drastis

Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penjahit sepi imbas Covid-19

Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Helmy

TRIBUNAMBON.COM - Luasnya Penyebaran Virus corona di Indonesia Termasuk Kota Ambon Kini berpengaruh terhadap omzet pendapatan para tukang jahit di Kota Ambon.

Bukan tanpa alasan, sepinya pelanggan akibat aturan Pemerintah dengan merumahkan hampir seluruh ASN, kebijakan yang wewajibkan setiap warga harus tetap berdiam diri dirumah jika tidak ada keperluan penting di luar rumah.

Pemkot Ambon Siapkan 1,8 Hektare Lahan untuk TPU Khusus Pasien Korban Corona

Serta rasa takut warga beraktivitas di luar rumah menjadi faktor omzet penjahit di Kota Ambon terus menurun.

Muhktar salah satu penjahit di Kota Ambon mengatakan, hampir sebulan terakhir ini omzet pendapatannya menurun drastis akibat adanya pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia bahkan di Kota Ambon sendiri.

Menurutnya, turunnya pendapatan para tukang jahit lantaran sepinya pelanggan yang datang akibat adanya pandemi ini.

Mukhtar mengatakan kebanyakan pelanggan yang dimiliki biasanya datang dari orang tua siswa yang ingin menjahit seragam sekolah, mulai dari tingkat PAUD, hingga SMA serta ASN di Kota Ambon.

Namun dengan adanya peraturan pemerintah yang merumahkan hampir seluruh ASN dan sekolah, dan kebijakan bagi warga kota untuk berdiam di rumah masing-masing secara langsung berdampak pada omzet penjualnnya.

Tiga Pesan Gubernur Maluku untuk Wali Kota dan Bupati Se-Maluku Hadapi Covid-19

"Pelanggan kita kebanyakan dari ASN dan Orang tua murid mulai dari PAUD hingga SMA di Kota Ambon. Namun karena adanya kebijakan pemerintah yang merumahkan hampir seluruh ASN dan Sekolah, membuat kita sepi pelanggan. Ini sudah berlangsung sejak sebulan terakhir", tegasnya saat ditemui TribunAmbon.com di tempat kerjanya Rabu,(04/04/20).

Muhktar mengaku, jika hari biasanya sebelum masuknya COVID-19 di Kota Ambon pendapatanya bisa mencapai Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu perharinya.

Tetapi sekarang yang untuk mendapatkan Rp 50 ribu saja sudah sangat susah karena sepinya pelanggan.

"Sebelum wabah ini biasanya bisa sampai Rp.400 sampai Rp 500 ribu perharinya, tapi sekarang untuk Rp 50 ribu aja susah, pelanggan pada sepi," keluhnya.

Dirinya mengaku untuk makan sehari-hari saja , harus mengeluarkan uang tabungannya yang kian menipis lantaran tidak ada pemasukan lagi.

"Untuk makan sehari-hari, saya pake tabungan saya mas, tiap hari tambah menipis tabungannya karena tidak ada pemasukan," ungkapnya.

Sementara itu Merry salah satu pelanggan mengaku terpaksa keluar rumah hanya untuk mengambil bajunya yang baru selesai dikerjakan penjahit.

Halaman
12

Berita Terkini