SBT Hari Ini

Mengenal UMK Sagu Ratu Andan, Produk Ekonomi Kreatif di Desa Angar SBT

Sagu Ratu Andan merupakan produk ekonomi kreatif masyarakat Angar, Kecamatan Kian Darat.

Penulis: Haliyudin Ulima | Editor: Mesya Marasabessy
Haliyudin Ulima
EKONOMI KREATIF - Salma Kelsaba, pemilik usaha Sagu Ratu Andan ketika diwawancarai Tribunambon.com pada stand miliknya saat pameran Expo dan Ekonomi Kreatif di Pantai Wailola, Kota Bula, Senin (4/8/2025). 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Haliyudin Ulima 

BULA, TRIBUNAMBON.COM - Sagu Ratu Andan merupakan produk ekonomi kreatif masyarakat Angar, Kecamatan Kian Darat, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT).

Berdiri sejak tahun 2014 lalu, produk yang satu ini menggunakan sagu mentah sebagai bahan produksi utamanya.

Diantara produk yang dihasilkan hingga kini yakni Kue Sagu Coklat Rp. 50 ribu per toples.

Sementara untuk Coklat Kacang Mete Sagu, Coklat Kacang Sagu, Keju Kenari Sagu, dijual dengan harga Rp. 100 ribu per toples sedang.

Baca juga: Kevin Josse, Petugas Lapas Wahai Juara Asia-Pacific Internasional Karate Championship 2025

Tepung Sagu Rp. 25 ribu per kilo, Kukis Sajako Rp. 20 ribu, dan Kerupuk Sagu Kelor Rp. 10 ribu.

Hal itu disampaikan Salma Kelsaba selaku pemilik usaha ketika diwawancarai Tribunambon.com pada lokasi pameran Expo dan Ekonomi Kreatif di Pantai Wailola, Kota Bula, Senin (4/8/2025).

"Usaha ini sudah saya jalankan di desa saya di Desa Angar, Kecamatan Kian Darat sejak tahun 2014, dengan bahan pembuatannya dari sagu," ujarnya.

Meski telah lama dijalankan, Salma mengaku sangat kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya, terlebih di wilayah pedesaan.

"Karena memang belum ada tempat pemasarannya, jadi kita kendala untuk penjualan ke luar, apalagi di kampung, untuk kemasannya kita pesan dari Jakarta," tuturnya. 

Baca juga: Akses Jalan Trans Seram Malteng-SBT Longsor, Kapolsek Tehoru Imbau Warga Hati-hati

Lebih lanjut dijelaskan, akibat kendala tersebut pihaknya harus mencari pemasar dalam jumlah banyak baru bisa dilakukan produksi. 

"Kalau untuk daya belinya kurang, tergantung kalau ada yang pesan baru kami buat, karena memang belum ada tempat untuk kami titip di tokoh-tokoh jualan seperti oleh-oleh khas di Ambon," jelasnya.

Dirinya berharap, perhatian pemerintah daerah terhadap pelaku usaha di wilayah kabupaten SBT mesti ditingkatkan, khususnya dalam proses pemasaran.

Ia menyarankan agar di sediakan satu tempat jualan khusu untuk makanan khas di daerah, agar pihaknya turut mendapatkan ruang penasaran.

"Kalau bisa disediakan tokoh khusu untuk jualan UMK seperti kami ini, di bangun di pusat tranportasi seperti di bandara atau di dalam kota, supaya bisa diketahui banyak orang, khususnya bagi pendatang," tutupnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved