Malteng Hari Ini

Angka Anak Tidak Sekolah di Malteng Tinggi, Tak Sinkron Data Dapodik Jadi Pemicu?

‎Belakangan diketahui, tidak sinkronnya data siswa dengan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) menjadi pemicu.

|
Istimewa
ANAK-ANAK DUSUN - Anak-anak Dusun Mausuane, Negeri Maneo, Kecamatan Seram Utara Timur Kobi, Selasa (1/7/2025) 

‎Laporan Jurnalis TribunAmbon.com, Silmi Sirati Suailo 

‎MASOHI, TRIBUNAMBON.COM - Angka Anak Tidak Sekolah (ATS) di Maluku Tengah menduduki posisi pertama tertinggi dari 11 kabupaten kota lain.

‎Belakangan diketahui, tidak sinkronnya data siswa dengan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) menjadi pemicu.

‎Hal itu diungkapkan salah satu Peserta Verifikasi Kepsek SD Albina Masohi, Yusuf Mulyono, Senin (30/6/2025).

‎"Siswa yang lulus dari sekolah tidak ditarik langsung oleh operator sekolah melalui aplikasi dapodik, sehingga pada data dapodik di pusat tidak terbaca bahwa siswa yang bersangkutan melanjutkan ke jenjang berikutnya," jelasnya. 

‎Faktor lain adalah siswa yang lulus dari sekolah di bawah naungan kementerian pendidikan kemudian melanjutkan ke jenjang berikutnya pada sekolah di bawah naungan kementerian agama. 

‎"Sehingga ini juga membuat data dapodik di pusat belum terbaca bahwa siswa bersangkutan melanjutkan sekolah," tutur Yusuf.

Baca juga: Tumpukan Sampah di Dalam Gedung Pasar Mardika Ambon Dibersihkan Usai Diberitakan

Baca juga: ‎Isak Tangis dan Suasana Haru Warnai Kepulangan 142 Jemaah Haji Maluku Tengah

‎Sebagai contoh kasus, ia menuturkan terjadi di sekolahnya, dimana jumlah lulusan 100 persen dan semuanya melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, namun di tahun 2024 terbaca pada data pusat terdapat belasan siswa yang putus sekolah. 

‎"Setelah kami melakukan verifikasi bersama tim dari Kemdikbud, ternyata siswa yang terbaca putus sekolah tersebut adalah siswa yang melanjutkan ke pondok pesantren, madrasah, dan lembaga pendidikan lainnya di luar naungan Kemdikbud," papar Yusuf.

‎Yusuf menjelaskan, di tahun kemarin kondisi ini juga sama terjadi, sehingga dari Kementerian Pendidikan secara langsung turun untuk verifikasi melalui sebuah kegiatan, dan dirinya sendiri adalah salah satu pesertanya

‎"Jadi intinya angka yang ditunjukkan ini sekali lagi benar adanya, dan butuh penyikapan yang positif. Untuk memperbaikinya butuh banyak tangan, mulai dari dinas, sekolah, sampai dengan orang tua dan masyarakat," pungkas Yusuf. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved