Polres Buru
Kasat Lantas Polres Buru Diduga Terlantarkan Istri, Lisa : Saya Pernah Diusir dari Rumah Dinas
Kasus dugaan penelantaran keluarga oleh Kasat Lantas Polres Buru, AKP. Aswan Prayogo terus berlanjut.
Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Mesya Marasabessy
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Kasus dugaan penelantaran keluarga oleh Kasat Lantas Polres Buru, AKP. Aswan Prayogo terus berlanjut.
Kasus tersebut dilaporkan oleh istrinya sendiri Lisa Anggriani Gozal (25), ke Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Maluku pada Rabu (7/5/2025).
Laporan pengaduannya diterima dengan Nomor: SPSP2/47/VI/2025/Subbagyanduan.
Lisa mengungkapkan, ia sempat menyusul sang suami ke Namlea setelah sempat berada di Ambon dan mengikuti kegiatan Bhayangkari.
"Lalu saya datang ke Ambon November 2024. Saya sempat mengikuti kegiatan Bhayangkari di Ambon seperti biasanya. Hari keempat lalu saya ke Namlea mengikuti suami yang bertugas sebagai Kasat Lantas Polres Buru," ungkap Lisa, Minggu (11/5/2025).
Setibanya di Namlea, Lisa dijemput oleh anggota kepolisian dan langsung menuju rumah dinas yang ditempati suaminya di Asrama Polisi.
"Saya masuk lalu tidur di ruang tamu, menunggu suami bangun," lanjutnya.
Baca juga: Pencarian Firdaus Ahmad Fauji Berlanjut, Kepala Balai TN Manusela Sepakati Usulan Latupati
Baca juga: Razia Penginapan, Polda Maluku Amankan 2 Pasangan Bukan Suami Istri dalam Operasi Pekat Salawaku
Namun, pagi harinya, Lisa mengaku kecewa dengan sikap sang suami.
"Suami bangun pagi hari tapi tidak membangunkan dan tidak menyapa saya, dia langsung pergi bekerja tanpa pamitan," tuturnya dengan nada sedih.
Prahara rumah tangga ini semakin memuncak pada sore harinya.
Lisa mengaku ditelepon oleh AKP. Aswan Prayogo yang meminta untuk mengemasi barang-barang.
"Sore harinya saya diusir. Suami telepon saya, dia minta saya untuk mengemasi barang-barang saya. Nanti ada anggota yang mengantar saya ke Pelabuhan," beber Lisa.
Lisa menolak permintaan tersebut.
Anehnya, pada malam itu, justru AKP. Aswan Prayogo yang mengemasi barang-barangnya dari rumah dinas dan memilih untuk menginap di rumah Kepala Bagian Operasional (Kabag. Ops) Polres Buru, AKP. Deni.
Meskipun menghadapi situasi yang sulit, Lisa berusaha untuk tetap aktif dalam kegiatan Bhayangkari di Namlea.
"Karena masa bodoh, selama di Namlea saya aktif ikut kegiatan Bhayangkari," katanya.
Setelah seminggu berada di Namlea, Lisa berinisiatif untuk menemui Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (Kabag SDM) Polres Buru.
"Ternyata saat saya ketemu Kabag SDM. Ia mengatakan ada informasi dari Polda Maluku kalau suami saya telah memasukkan surat permohonan izin cerai di Polda Maluku," ungkap Lisa dengan nada terkejut.
Upaya mediasi pertama di Polres Buru pun tidak membuahkan hasil.
"Saat itu mediasi pertama masalah saya dengan suami di Polres Buru. Tapi tidak ada jalan keluar untuk kita rujuk, karena sudah sama-sama tidak mau berdamai," kata Lisa.
Setelah mediasi yang gagal, Lisa sempat kembali ke Makassar dengan bekal yang sangat minim dari suaminya.
"Saya sempat pulang ke Makassar. Itu pun suami saya cuma memberi uang Rp. 300 ribu," ujarnya.
Dengan suara penuh harap, Lisa menyampaikan tuntutannya.
"Harapan saya suami saya dihukum sesuai aturan yang berlaku," tegasnya.
Mengenai kabar pengusiran dari rumah dinas, AKP. Aswan menjelaskan bahwa saat istrinya datang ke Polres Buru, ia sudah dalam proses pengajuan perceraian.
"Saya tidak usir dari rumah dinas di Polres Buru, karena saat istri datang ke Polres Buru, saat itu saya sudah mengajukan permohonan perceraian. Jadi saya membiarkan istri tetap menempati rumah dinas, sedangkan saya yang pindah," jelasnya.
Soal biaya kepulangan istri dari Buru ke Morowali, AKP Aswan menyatakan bahwa ia telah menawarkan untuk menanggung tiket, namun ditolak oleh istrinya yang mengaku sudah membeli tiket sendiri.
"Soal saya tidak memberikan ongkos tiket pulang kepada istri saya dari Buru kembali ke Morowali itu tidak sepenuhnya benar. Saya sudah menawarkan untuk menanggung tiket, tapi istri saya menolak dengan alasan dia sudah beli tiket. Jadinya saya hanya memberikan uang Rp. 300 ribu biaya makan," tuturnya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.