Maluku Legend

Selalu Dinanti Pelanggan, Bubur Kacang Ijo Pak De di Kota Ambon Ada Sejak 2005

Jajanan ringan nan mengenyangkan ini sudah ditekuninya sejak tahun 2005 ketika menginjakkan kaki di Ambon.

Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Fandi Wattimena
TribunAmbon.com/ Jenderal Louis
Semangkuk bubur kacang ijo Pak De dengan topping susu Dancow vanila dijual Rp. 15 ribu. 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Burjo Pak De begitu nama yang akrab disematkan pada kuliner Bubur Kacang Ijo milik Sutikno Hadi Sucipto.

Berlokasi di depan Hotel Amans, kawasan Mardika, Burjo Pak De jadi kuliner begadang paling top di Kota Ambon.

Jajanan ringan nan mengenyangkan ini sudah dilakoni sejak tahun 2005, saat pertama kali menginjakkan kaki di kota berjuluk manise ini.

"Awalnya jualan 11 Mei 2005 saat pertama kali datang di Ambon," kata pria kelahiran Sragen, Kota Solo, Jawa Tengah saat ditemui TribunAmbon.com pekan lalu.

Pria setengah abad itu mengaku, dulu berjualan mulai dari harga Rp. 1000 per porsi.

Belum seramai saat ini, kala itu Pak De bersama gerobaknya harus menempuh jarak paling kurang 10 Kilometer hanya tuk membawa pulang uang sekitar Rp. 40 ribu agar tungku dapurnya tetap menyala.

"Dulu masih jualan Rp. 1000 per porsi, setiap hari sekitar lebih dari 10km gerobak ini saya dorong keliling kota. Pendapatannya sekitar Rp. 40 ribuan," tuturnya.

Burjo Pak De buka mulai pukul 23.30 WIT di depan Hotel Amans, kawasan Mardika, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.
Burjo Pak De buka mulai pukul 23.30 WIT di depan Hotel Amans, kawasan Mardika, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. (TribunAmbon.com/ Jenderal Louis)

Baca juga: Jualan Sejak 1974 di Kota Ambon, Ini Kunci Kelezatan Nasi Pulut Mama An

Kemudian di tahun 2008, Pak De bercerita saat itu ada 6 penjual bubur kacang ijo dengan gerobak. Namun hingga kini tersisa dirinya seorang diri.

Meski begitu diakui, dirinya pernah mencoba peruntungan yang sama di Kota Kendari.

Lantaran hasil yang didapat tak sesuai ekspektasi, Pak De memilih kembali ke kota bertajuk 'Manise' ini.

"Pernah pindah Kendari, 3 bulan jualan yang sama tapi karena penghasilan tidak sesuai jadi kembali ke Ambon," cetusnya.

Bersama sang istri tercinta, Sudarti (49), Pak De menyiapkan dagangannya sebelum sekitar pukul 23.30 WIT dia mulai berjualan.

Berkat konsistensi menjaga cita rasa, kini Pak De sudah memiliki banyak langganan.

Baca juga: Kisah Wahidi Tuasikal, Buruh Angkut Tertua di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon: Seng Kerja Seng Makan

Bahkan, para pembeli sudah mengantre sebelum gerobaknya parkir di sisi trotoar.

Halaman
123
Sumber: Tribun Ambon
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved