Nilai Tukar Rupiah

Rupiah Sentuh Nilai Rp 15 Ribu Per Dolar AS, Praktisi Ingatkan Masih Bisa Melemah

Hari ini Jumat (17/5/2024), nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.974 per US Dolar.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta. 

AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menguat sejak Kamis (16/5/2024).

Hingga hari ini Jumat (17/5/2024), nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.974 per US Dolar.

Meski demikian, Analis Pasar Keuangan Octa Trader, Kar Yong Ang memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi melemah lagi.

Sebabnya, pengetatan kebijakan The Fed menempatkan investor dalam mode risk-off. Ini memungkinkan sentimen negatif akan tetap berada pada level taktis hingga setengah tahun ke depan.

Baca juga: BPPMHKP Ambon Inspeksi 3 Supplier Ikan Tuna di Tual

Baca juga: Tim BPOM Ambon Awasi Kemandirian Pangan Aman di Kabupaten Seram Bagian Barat

Selain itu ada faktor tekanan ekonomi global dan kondisi geopolitik yang sedang memanas juga bisa membuat nilai tukar rupiah melemah.

“Nah kalau sinyal kuat untuk pertumbuhan di atas level ini muncul, mungkin saja pergerakan angka tertinggi di Rp16.284 akan terjadi.” kata Kar Yong menyampaikan analisanya dikutip Jumat (17/5/2024).

Kar Yong Ang menyatakan analisis teknis rupiah Indonesia memang sedang berada pada tren melemah. Meski masih berkonsolidasi terhadap dolar AS dan mempertahankan level kuat di Rp16,000, namun pergerakan di atas angka tersebut mungkin saja terjadi.

Kar Yong Ang melihat pelemahan nilai tukar rupiah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.

Kar Yong Ang juga memproyeksikan munculnya siklus bisnis baru setelah menurunnya tingkat ketidakpastian perekonomian global.

“Secara global, kita berada pada tahap akhir siklus bisnis, yang ditandai dengan jeda pengetatan moneter dan transisi menuju pelonggaran moneter. Investor harus membangun strategi mereka dengan mempertimbangkan hal ini. Karena suku bunga yang terus tinggi, investor lebih cenderung memilih instrumen di pasar pendapatan tetap, seperti obligasi korporasi dan pemerintah.” tutupnya.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved