Global
Intip Kisah Hajj Yasser, Pemilik Satu-satunya Pabrik Keffiyeh Palestina yang Kian Kuat
Seorang pedagang yang beralih menjadi pengusaha, Hajj Yasser memulai karirnya dengan mengimpor keffiyeh dari Suriah sebelum memutuskan untuk memulai p
HEBRON, TRIBUNAMBON.COM - Seorang pria berusia 55 tahun, berdiri tersenyum di pintu masuk Pabrik Hirbawi di Hebron, satu-satu lokasi di Palestina.
Dia dengan bangga menceritakan dalam situs webnya tentang keffiyeh Palestina.
Tiga bersaudara Hirbawi, Izzat, Abdullah dan Jouda, yang sekarang memiliki dan mengoperasikan pabrik tersebut, mulai bekerja di sana sejak kecil, menemani ayah mereka, Hajj Yasser, yang mendirikan pabrik tersebut pada tahun 1961.
Seorang pedagang yang beralih menjadi pengusaha, Hajj Yasser memulai karirnya dengan mengimpor keffiyeh dari Suriah sebelum memutuskan untuk memulai pabriknya sendiri dengan dua alat tenun yang diimpor dari Jepang.
Haji Yasser sangat tertarik dengan keffiyeh, sesuatu yang ia wariskan kepada putra-putranya sejak usia dini, menanamkan rasa hormat yang mendalam terhadap nilai simbolisnya di kalangan warga Palestina di mana pun, serta pentingnya keffiyeh dibuat di Palestina oleh tangan orang Palestina.
“Kami senang… kami mencintai pekerjaan kami, tidak peduli berapa lama atau kerasnya kami bekerja,” kata Hirbawi dilansir dari Al Jazeera.
Anak-anak Hirbawi bukanlah satu-satunya anak yang bekerja di alat tenun; Abdulaziz al-Karaki juga ada di sana, sejak usia 15 tahun, menemani Haji Yasser.
Dia sekarang menjadi pemain reguler di pabrik pada usia 70 tahun.
Dia masih menjalankan alat tenunnya setiap pagi dan memastikan segala sesuatunya siap untuk hari itu.
Saat pabrik ke-20 mulai beroperasi, keramaian muncul di ruang besar dan al-Karaki tersenyum melihat hiruk pikuk yang sudah dikenalnya.
Menjauh dari mesin yang berderak, dia berkata: “Pengunjung tidak tahan dengan kebisingan ini, tapi saya sudah terbiasa, sama seperti saya sudah terbiasa dengan setiap detail dari setiap mesin di sini.”

Dia tidak ingin pensiun, katanya kepada Al Jazeera sambil membungkuk di atas gulungan kain yang terlepas dari alat tenun, memotong benang tambahan untuk memastikan polanya terlihat rapi.
“Saya hanya ingin terus mengerjakan pekerjaan ini, saya sangat menyukainya, membuat keffiyeh berkualitas yang akan sangat berarti bagi orang-orang yang membelinya seperti halnya bagi saya,” ujarnya penuh emosi.
Dikenakan sebagai jilbab atau penutup kepala, keffiyeh menghiasi orang-orang dari semua lapisan masyarakat, dari muda hingga tua, dari orang-orang dengan selera mode yang lebih tradisional hingga yang trendi dan trendi.
Namun keffiyeh lebih dari sekedar pakaian. Bendera ini membawa simbolisme yang mendalam, begitu mengakar dalam identitas Palestina sehingga sebagian orang menyebutnya sebagai bendera alternatif.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.