Anak Dewan Aniaya Remaja

Dokter Spesialis Bedah Saraf Sebut Kemungkinan Kematian Rafli karena Jantung Bukan Pendarahan Otak

Dokter Ivan dihadirkan dalam persidangan anak Ketua DPRD Kota Ambon, Abdi Aprizal yang dipimpin Harris Tewa selaku Hakim

|
Penulis: Tanita Pattiasina | Editor: Fandi Wattimena
TribunAmbon.com/ Tanita Pattiasina
Sidang anak Ketua DPRD, Abdi Aprizal, Jumat (3/11/2023) sore. 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Tanita Pattiasina

AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Dokter Spesialis Bedah Saraf, dr. Ivanmorl Ruspanah mengungkapkan fakta berbeda atas meninggalnya korban Rafli Rahman Sie oleh anak ketua DPRD Kota Ambon.

Dokter Ivan dihadirkan dalam persidangan anak Ketua DPRD Kota Ambon, Abdi Aprizal yang dipimpin Harris Tewa selaku Hakim ketua dengan didampingi Lutfi Alzagladi dan Helmin Somalay masing masing sebagai Hakim Anggota, Jumat (10/11/2023).

Dalam keterangannya dipersidangan, dr. Ivan mengatakan ada kejanggalan dalam hasil autopsy korban Rafli oleh dr William Sialana. 

Menurutnya, korban meninggal disebabkan oleh Jantung dan bukan karena pendarahan di otak.

“Saya tidak bisa memastikan apakah ini darha atau bukan tetapi bagi saya, kemungkinan meninggalnya korban akibat sirkulasi darah yang tidak cukup sehingga meninggal dunia,” kata dr. Ivan dalam sidang di Pengadilan Negeri Ambon.

Meski tak bisa memastikan kematian korban setelah dibacakan hasil visum korban, namun dr. Ivan menegaskan jika korban meninggal kemungkinan gagal jantung akibat panik atau traumatik.

Pasalnya, ada rentan waktu dari pemukulan hingga kematian korban.

Baca juga: Bodewin Wattimena Akhirnya Lantik Zadrack Gaspersz jadi Raja Naku, Setelah 39 Tahun Menanti

Baca juga: Jaksa Periksa Lagi 11 Saksi Kasus Korupsi Diskominfo dan Command Center Ambon

Selain itu, tak ada retakan pada lokus tempat korban dipukul.

“Saya tidak bisa memastikan soal hasil visum tetapi berdasarkan tugas saya kemungkinan karena jantung, sebab jika seperti hasil autopsi yang menyatakan pendarahan di otak belum tentu sebab saya sudah menonton videonya dimana pukulannya tidak terlalu kuat. Walaupun pendarahan di otak, mestinya ada retakan di areal lokus yang disentuh sehingga menurut saya korban meninggal akibat jantung,” tambahnya.

Sebelumnya, Ahli Forensik, dr. Costantinus William Sialana mengatakan korban meninggal akibat pendarahan pada selaput otak yang mengakibatkan gagal pernafasan.

Pendaharan tersebut terjadi tepat di area yang dipukuli oleh terdakwa.

"Autopsi dimulai dari tubuh bagian luar, namun tidak ada tanda kekerasan. Setelah saya buka (Autopsi) tubuh bagian dalam juga tidak menemukan tanda kekerasan. Ketika kita ambil di bagian kepala sudah ada pendarahan di belakang kepala dan ada juga pendarahan di rongga otaknya (bagian selaput otak). ketika pendarahan muncul tidak ada tempat untuk keluar sehingga turun ke pangkal otak dan menekan pernapasan mengakibatkan terjadinya gagal pernafasan yang berujung korban meninggal dunia,” kata dr. Sialana

Lanjut ditanyakan Hakim, Harris Tewa, Helm yang dipakai korban cukup safety bisakah hanya dengan memukul helm mengakibatkan korban meninggal?.

Dokter Sianala menjelaskan, hal ini bisa saja terjadi lantaran korban memiliki ketebalan tengkorak yang berbeda dari pria pada umumnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved