Ambon Hari Ini
Henry Tuhusula, si Pembuat Ukulele Berbahan Tempurung Kelapa
Tidak sampai disitu ada juga ukulele yang dibuatnya dari kulit buah kalabasa, pipa paralon, bahkan ada yang dari bola pelampung jaring ikan.
Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Bermain alat musik ukulele kini jadai trend di kalangan anak-anak di Maluku.
Kebanyakan ukulele yang dimainkan adalah ukulele konvensional dibeli dari toko alat musik dengan bahan dasar kayu.
Namun ukulele satu ini cukup berbeda.
Pasalnya bahan yang dipakai ialah tempurung atau batok kelapa.
Oleh Henry Tuhusula yang juga sebagai guru musik di SMA Negeri 10, Desa Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon.
Dirinya membuat ukulele dengan bahan dasar tempurung kelapa.
Tidak sampai disitu ada juga ukulele yang dibuatnya dari kulit buah kalabasa, pipa paralon, bahkan ada yang dari bola pelampung jaring ikan.
Saat diwawancarai TribunAmbon.com, pria 50 tahun itu mengungkapkan awalnya ide pembuatan ukulele untuk menjawab kebutuhannya dalam bermain musik.
"Membuat ukulele untuk menjawab kebutuhan ya. Pertama terinspirasi dari dari keberadaan ukulele pada waktu remaja ingin punya alat musik tapi belum punya. Kemudian dengan hasil alam disekitar berupa batok kelapa atau tempurung kelapa ini kita buat seadanya, dulu masih satu buah tempurung saja, setelah bersekolah baru mengetahui bahwa ukulele ini merupakan peninggalan Portugis sewaktu menjajah Maluku," ucapnya saat ditemui di ruang penyimpanan alat musik SMA N 10 Ambon, Selasa (11/7/2023).
Baca juga: Peringati Hari Musik Sedunia, Direktur AMO Gelar June Festival di Halaman Rumah
Baca juga: Basudara Benelli Ambon: Rindu yang Menyeruak hingga Dijamin Auto Ganteng
Dijelaskan, ukulele yang dibuatnya sangat beragam, tidak hanya menggunakan satu tempurung kelapa saja tetapi dengan dua, tiga, bahkan empat tempurung dibentuknya menjadi sebuah ukulele dengan inovasi sendiri.
"Sekarang ini sudah semacam inovasi melihat bentuk ukulele ini kan bukan hanya satu lalu bagaimana kalau ide muncul untuk membuat ukulele lebih dari satu batok kelapa. Artinya bukan satu tempurung saja tapi ada dua atau tiga bahkan empat kemudian digabungkan," jelasnya.
Ukulele yang diproduksinya tidak hanya untuk dipakai pribadi, namun sudah digunakan untuk komunitas ukulele.
"Ini bukan hanya untuk dipakai pribadi tapi juga untuk komunitas ukulele, termasuk anak-anak sekolah, dimana panggilan saya sebagai seorang guru musik memberikan warna yang lain dari ukulele," cetusnya.
Keahliannya itu didapat secara otodidak, dengan mempelajari lewat tutorial yang dapat diakses lewat internet.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.