Info Daerah
Warga Dusun Wansar di Pulau Buru Rombak Rumah Kosong Jadi Perpustakaan
Hal ini lantaran sulitnya siswa maupun warga setempat mendapatkan informasi, baik dari Internet maupun ketersediaan buku karena tak ada sinyal di Wans
Penulis: Tanita Pattiasina | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Tanita Pattiasina
AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Warga Dusun Wansar, Kecamatan Fena Leisela, Kabupaten Buru bersama Yayasan Pohon Sagoe dan Inspiring Development merombak sebuah rumah guru yang tak terpakai menjadi perpustakaan sementara.
Hal ini lantaran sulitnya siswa maupun warga setempat mendapatkan informasi, baik dari Internet maupun ketersediaan buku karena tak ada sinyal di Wansar.
Serta Perpustakaan SD Negeri 16 Fena Leisela juga sudah rusak termakan usia.
Penyelenggara, Triselia Maitimu mengatakan renovasi rumah guru yang kosong menjadi perpustakaan ini merupakan kolaborasi bersama.
Dari kepala SD Negeri 16 Fena Leisela, Ikshan Rumaru yang berkenan rumah guru dipakai, warga setempat yang juga ikut membantu, dan Yayasan Pohon Sagoe, Inspiring Development.
Serta sumbangan buku dari berbagai pihak.
“Kami menyadari situasi di Wansar ini terbatas, akses buku dan informasi lainnya. Sedangkan semangat belajar anak-anak, pemuda dan orang tua tinggi sekali. kami tidak bekerja sendiri, banyak pihak yang membantu mulai dari Kepala Sekolah SD Negeri 16 Fena Leisela, warga Wansar, juga ada sumbangan Buku-buku didapatkan dari donasi yang dikumpulkan kakak-kakak pengajar beberapa waktu sebelumnya,” kata Maitimu kepada TribunAmbon.com, Sabtu (8/7/2023).
Baca juga: Meski Minim Fasilitas, Siswa SD Negeri 16 Fenaleisela Antusias Belajar Literasi dan Berpikir Kritis
Menurutnya, antusias warga sangat tinggi untuk menggali pengetahuan. Sehingga dia berharap, perpustakaan sementara ini mampu meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Wansar.
Pembuatan perpustakan ini juga mendapat apresiasi dari Orang tua setempat.
Lin Waemese, misalnya. Menurutnya, pendidikan ssangat penting untuk anaknya, meskipun ia sendiri tak bisa baca tulis.
“Katong (Kami) memang seng (tidak) bisa baca tulis. seng kenal huruf. Makanya katong anak-anak musti sekolah,” kata Mama Lin, sapaannya.
Sementara itu, Kepsek SD Negeri 16 Fena Leisela mengharapkan kehadiran perpustakan yang lebih layak ini dapat membuka kesempatan peserta didiknya, maupun warga setempat untuk menambah wawasan.
Apalagi letak perpustakan mudah diakses karena berada dekat perumahan warga.
Baca juga: Berdayakan Masyarakat Dusun Wansar dalam Program Wansar Community Development
Dan Perpustakaan ini akan terus dibuka setiap sore oleh pemuda setempat, agar anak-anak dapat membaca kapan saja.
“Sangat bersyukur karena kakak-kakak dong mau jauh-jauh datang kesini dan masyarakat juga sangat terbuka untuk menerima dan sangat mau belajar. Semoga perpustakaan yang dibuat sementara ini bisa menjadi bekal untuk menambah wawasan anak-anak. sehingga kedepan, anak-anak dan pemuda dapat menjadi benteng untuk melindungi Wansar dari pengaruh orang-orang luar yang ingin merusak adat dan lingkungan,” harapnya.
Diketahui, pembuatan perpustakaan sementara menjadi bagian dari Wansar Development Project oleh Yayasan Pohon Sagoe, dan Inspiring Development.
Selain pembuatan perpustakan, ada juga pelatihan kepada warga dan peserta didik SD Negeri 16 Fena Leisela.
Kegiatan ini didukung oleh Community Solutions Program melalui Community Collaboration Impact Grant 2023 yang diraih oleh dua alumni CSP dari Maluku yakni Mega Pattiasina (CSP 2021) dan Dorisco Kainama (CSP 2022).
Program CSP dibiyai oleh pemerintah Amerika Serikat dan disponsori oleh the US State Department. Progam ini juga dapat dilaksankan karena kerja sama dari pihak SDN 16 Fena Leisela melalui Sang Kepala Sekolah mereka, yang juga seorang aktivis literasi, Ikshan Rumaru.
Untuk diketahui, Desa Wansar terletak tiga jam dari daerah Unit 5 Namlea dan hanya bisa diakses dengan kendaraan roda dua maupun jalan kaki.
Medan yang sulit dan berbahaya, warga harus melewati hutan, gunung, bahkan juga beberapa sungai. Di Wansar juga tidak ada listrik dan jaringan telekomunikasi (telfon internet).
Kemudian, hampir 90 persen dan Sebagian pemuda Wansar iliterat.
Selain itu Wansar hanya memiliki satu gedung Sekolah Dasar dengan dua ruangan kelas. Sedangkan ruang UKS dan ruang guru pembangunannya mangkrak, serta satu ruangan perpustakaan yang sudah rusak termakan usia.
Meski demikian, warga Wansar sangat terbuka dan mau maju sembari tetap memegang nilai-nilai adat dan budaya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.