Musisi Berdarah Maluku

Bermimpi Jadi Nelayan Ditantang Orangtua, Franklin Hubert Sahilatua Sukses sebagai Musisi Ternama

Karya yang dihasilkan atas keresahannya tergambar dengan jelas di lagu Terminal, Orang Pinggiran, Perahu Retak, Menangis dan Di Bawah Tiang Bendera.

Penulis: M Fahroni Slamet | Editor: Adjeng Hatalea
Courtesy / djarumcoklat.com
Franky Sahilatua, Legenda Folk Tanah Air. 

Dari acara-acara tersebut ia berhasil mendapatkan upah dari suaranya. 

Baca juga: Tinggalkan Maluku untuk Bermusik, Yopie Latul Hipnotis Pecinta Musik Tanah Air dengan Lagu Poco-poco

Mungkin ini menjadi awal yang baik ketika ia tidak bisa menggapain cita-citanya menjadi nelayan. 

Franklin adalah seorang yang mandiri. 

Karena tidak ingin memberatkan ibu dan ayahnya, ia memutuskan untuk menabung dari hasil manggungnya di beberapa kampus. 

Uang yang dia tabung ia pakai untuk merantau lagi ke Jakarta dan mencoba untuk melangkah ke jenjang karir yang profesional. 

Di Jakarta pada tahun 1973 ia berusaha untuk mendapatkan dapur rekaman. 

Perjuangan yang dia lakukan terbilang berat. 

Pasalnya, ia baru bisa masuk dapur rekaman Yakawi semenjak kedatanganya di ibu kota.

Album pertamanya “Senja Indah di Pantai” ia keluarkan dengan berduet dengan adiknya, Jeanne Maureen Sahilatua. 

Lirik lagu yang ia buat bersama adiknya cenderung tentang pemujaan kepada alam. 

Ini tergambar jelas di lirik lagu “Musim Bunga” dan “Kepada Angin dan Burung”. 

Gaya bermusik bersama adiknya ini cenderung bergaya Country. 

Mereka berdua berhasil melahirkan sekitar 15 Album berlabel dari dapur rekaman Jackson Record.

Mereka memutuskan mengakhiri kerja sama dalam karir bermusik, lantaran sang adik, Jeanne menikah dan memusatkan dirinya ke keluarga kecilnya. 

Hal itupun menjadikan pria yang besar dengan Franky ini menjadi Solo Karir. 

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved