Ambon Terkini
Imbas Minyak Tanah Langka: Harga Bahan Baku Turut Naik, Pedagang di Ambon Merugi
Diketahui, Mitan masih dijual dengan harga Rp. 18.000 per jirigen 5 liter pekan lalu, kini dibandrol Rp. 20.000. Kenaikan Mitan berimbas pada harga ba
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Pedagang dan masyarakat umum mengeluhkan kelangkaan Minyak Tanah (Mitan) yang terjadi belakangan ini di Ambon.
Kelangkaan Mitan ini mengakibatkan harga jual pun turut melonjak.
Diketahui, Mitan masih dijual dengan harga Rp. 18.000 per jirigen 5 liter pekan lalu, kini dibandrol Rp. 20.000.
Kenaikan Mitan berimbas pada harga bahan baku di Kota Ambon.
Pedagang pun turut merasakan imbasnya.
Seorang pemilik warung di kawasan Galunggung, Batu Merah, Sirimau, Ambon mengaku merasa kesulitan dan merugi.
"Harga laksa naik, mie naik. Kita mau naikan harga dagangan juga susah," ucap Pedagang, Eko saat diwawancarai di warung miliknya, Kamis (25/8/2022).
Eko mengaku, dengan naiknya bahan baku, keuntungan yang diperoleh juga menurun, meski tidak disebutkan jumlah penurunan pendapatan.
"Penurunan keuntungan pasti lah," cetusnya.
Pantauan TribunAmbon.com di kawasan Galunggung, 13.00 WIT, stok Mitan di beberapa kios masih terlihat kosong.
Pedagang Mitan pun belum bisa memastikan kapan stok minyak akan didistribusikan.
Baca juga: Bodewin Wattimena Sebut Tak Ada Kelangkaan Minyak Tanah di Kota Ambon
Sebelumnya, Penjabat Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena menyebut tak ada kelangkaan minyak tanah di Kota Ambon, Selasa (16/8/2022).
Menurut Bodewin Wattimena, kondisi ini masih dalam batas wajar, belum terjadi kelangkaan minyak tanah di Kota Ambon.
Namun, situasi ini kemudian dibuat seolah-olah terjadi kelangkaan minyak tanah di Ambon yang luar biasa.
"Sebenarnya kondisi ini masih dalam batas-batas yang wajar tidak begitu mengalami kelangkaan minyak tanah. Ini hanya karena kepanikan masyarakat saja,” kata Bodewin Wattimena kepada wartawan.(*)
Berita ini ditayangkan berdasarkan hasil liputan Mahasiswa Magang asal Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon di TribunAmbon.com: Muhammad Falahuddin.