Global

Tentara Rusia Keluhkan Kondisi di Medan Perang: Lelah, Tak Ada Bantuan Medis dan Makanan

Saat konflik berlarut-larut, beberapa pejuang telah secara terbuka menyuarakan keluhan kepada Vladimir Putin, untuk penyelidikan kondisi medan perang

Editor: Adjeng Hatalea
(AP PHOTO/ALEXEI ALEXANDROV)
Konvoi militer Rusia bergerak di jalan raya di daerah yang dikuasai oleh pasukan separatis dukungan Rusia di dekat Mariupol, Ukraina, Sabtu, 16 April 2022.(AP PHOTO/ALEXEI ALEXANDROV) 

DONETSK, TRIBUNAMBON.COM - Tentara Rusia berhasil maju perlahan di medan perang dalam pertempuran sengit di Donbas, tetapi capaian itu datang dengan harga tinggi bagi pasukan yang berada di garis depan invasi Rusia ke Ukraina. 

Bukti menunjukkan bahwa korban tentara berpangkat tinggi meningkat, sementara beberapa unit tentara Rusia mengaku kelelahan saat serangan Rusia ke Ukraina bergerak melewati batas 100 hari.

Saat konflik berlarut-larut, beberapa pejuang telah secara terbuka menyuarakan keluhan kepada Vladimir Putin, untuk penyelidikan kondisi medan perang dan apakah penempatan mereka ke garis depan bahkan legal.

Dilansir Guardian pada Selasa (7/6/2022), dua video yang beredar secara online dari para tentara Rusia dari Ukraina timur yang telah dikuasai mengeluhkan kondisi yang buruk dan masa tugas yang lama di garis depan, sehingga menyebabkan kelelahan.

Merasa diabaikan

“Personel kami menghadapi kelaparan dan kedinginan,” kata pejuang dari resimen ke-113 yang dikendalikan Rusia dari Donetsk dalam satu video yang diunggah online.

“Untuk periode yang signifikan, kami tanpa dukungan materi, medis, atau makanan apa pun.”

Para pejuang menambahkan: “Mengingat kehadiran kami yang terus-menerus dan fakta bahwa di antara personel kami ada orang-orang dengan masalah medis kronis, orang-orang dengan masalah mental, banyak pertanyaan muncul yang diabaikan oleh para petinggi di markas.”

Dalam sebuah wawancara, seorang tentara Rusia yang bertempur di dekat Kyiv, Kharkiv, dan sekarang berada di Ukraina timur, juga mengeluh kelelahan. Dia mengaku telah menghubungi seorang pengacara dan mengeluh bahwa dia tidak melihat istrinya selama berbulan-bulan. “Saya telah bertempur di Ukraina sejak awal perang, sudah lebih dari tiga bulan sekarang,” kata Andrei kepada Guardian.

“Ini melelahkan, seluruh unit saya ingin istirahat, tetapi kepemimpinan kami mengatakan mereka tidak dapat menggantikan kami sekarang,” tambah pria yang bertugas di Brigade Senapan Mesin Pengawal Terpisah ke-37 yang bermarkas di Buryatia Siberia.

Terpaksa bertahan

Pernyataannya konsisten dengan laporan tentang kesulitan Rusia dalam merotasi pasukannya yang kelelahan. Upaya pendaftaran tentara baru telah terhambat karena Rusia belum secara terbuka menyatakan perang melawan Ukraina. Kremlin, terus bersikeras menyebutnya sebagai "operasi militer khusus".

“Militer Rusia sangat cocok untuk kampanye pendek dan intensitas tinggi, yang ditentukan dengan penggunaan artileri berat,” tulis Michael Kofman dan Rob Lee dalam analisis baru tentang kemampuan bersenjata Rusia.

Baca juga: Putin Beri Santunan Rp1,17 Miliar Keluarga dari Tentara Rusia yang Tewas di Ukraina

Sebaliknya, kata dia, tentara Rusia dirancang dengan buruk untuk pendudukan yang berkelanjutan, atau perang gesekan, yang akan membutuhkan bagian besar dari pasukan darat Rusia, yang menjadi realita konflik saat ini.

“Militer Rusia tidak memiliki jumlah yang tersedia untuk menyesuaikan atau memutar pasukan dengan mudah, jika sejumlah besar kekuatan tempur terikat dalam perang,” jelasnya.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved