Pukul Manyapu Morella
Raja Negeri Morella Harap Semua Pihak Terapkan Makna Tradisi Pukul Manyapu
Raja (Upu) Negeri Morella, Fadil Sialana berharap semua pihak bisa turut menerapkan makna tradisi pukul manyapu dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis: Mesya Marasabessy | Editor: Adjeng Hatalea
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Mesya Marasabessy
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Raja (Upu) Negeri Morella, Fadil Sialana berharap semua pihak bisa turut menerapkan makna tradisi pukul manyapu dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingat, tradisi pukul manyapu adalah ekspersi semangat leluhur di Benteng Kapahaha dalam melawan penjajah.
Dengan begitu, semangat perjuangan mesti diimplementasikan dalam kehidupan sehari-sehari untuk merawat semesta dan kehidupan yang berkelanjutan.
Terlebih Tradisi Pukul Manyapu telah mencerminkan tolong-menolong gotong royong, rela berkorban, kerja keras, kerja sama, dan sifat kesatria.
Untuk dilestarikan dan diimplementasikan, diperlukan semua pihak untuk terlibat didalamnya.
Baik pemerintah, aparat keamanan seperti TNI/Polri, hingga di tingkat masyarakat.
Baca juga: Atraksi Pukul Manyapu di Morella, Peserta Pakai Daun Jarak tuk Sembuhkan Luka Sabetan
“Tradisi pukul manyapu bisa memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan. Jadi saya berharap pada pemerintah, untuk mari sama-sama mengimplementasikan semangat Kapahaha dalam bentuk melestarikan lingkungan, edukasi, dan kegiatan lainnya,” kata Fadil Sialana dalam sambutannya, Senin (9/5/2022) sore.
Untuk pihak kemanan bisa dengan cara menertibkan dan mengamankan negara dengan baik.
“Seperti miras, judi online seperti togel itu harus diberantas,” ungkapanya.
“Dan diharapkan pada program lingkungan menghentikan buang sampah sembarangan, penebangan pohon, serta kesediaan air bersih, jika ini disepelekan kota akan dihadapi problem yang besar,” tandas Sialana.
Untuk diketahui, atraksi khas warga Morella ini sebagai bentuk penghormatan mengenang perjuangan Kapitan Telukabessy, Malesi dan masyarakat tanah Hitu pada umumnya dalam melawan penjajah.
Perang yang terjadi di Benteng Kapahaha itu berlangsung selama 9 tahun.
Setelah perlawanan berakhir, para pejuang di masa itu melakukan perpisahan yang diselingi dengan pementasan atraksi pukul sapu lidi.
Tradisi yang sudah ada sejak tahun 1646 silam dan turun-temurun hingga saat ini.
