Mengenal Benteng Duurstede, Saksi Bisu Awal Mula Goyahnya Belanda di Maluku

Mengingat perjuangan rakyat Maluku bebas dari belenggu penjajahan Belanda tak lepas dari kisah-kisah di Pulau Saparua.

Tanita
Benteng Duurstede. 

Tak terima dengan hal itu, serta praktik monopoli VOC, Rakyat Saparua bangkit melawan.

Pada 16 Mei 1817 inilah, Rakyat Saparua bangkit dan melawan penjajah menyerbh benteng Duurstede.

Pada 16 Mei 1817, rakyat Saparua yang berada di bawah pimpinan Kapitan Pattimura bangkit untuk melawan penjajah dengan menyerbu Benteng Duurstede.

Alhasil, seluruh penghuni Benteng tewas kecuali putra Residen yang bernama Jan Lubert van den Berg.

Sejak Benteng Duurstede jatuh, muncullah perlawanan di Beberapa wilayah di Maluku seperti di Pulau Haruku dan Pulau Hitu.

Kini, Benteng Duurstede sudah tak difungsikan lagi sejak 1902.

Tembok Benteng setebal 1,25 meter dan tinggi 5 Meter ini masih utuh.

Hanya saja bekas rumah warga Belanda didalam Benteng sudah tak ada dan tersisa bekas pondasj saja yang rata dengan tanah.

Selain itu masih, ada 3 bangunan yang masih utuh.

Yakni gedung tempat penyimpanan Cengkeh dan Pala Zaman dulu, Penjara bawah tanah dan ruang kantor.

Di bagian Selatan Benteng ada lima buah meriam yang masih tertanam, juga  sebuah sumur di bagian depan luar benteng.

Benteng Duurstede ini dibuka tiap hari, dan tak dipungut tiket masuk, hanya sumbangan sukarela bagi Tribunners yang ingin memberi.

Untuk belajar sejarahnya, Tribunners dapat mengunjungi museum yang letak persis depan pintu masuk Benteng. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved