Sekolah Tatap Muka
Batal Sekolah Tatap Muka di Ambon, Ini Curhatan Elisabet
Tidak terkecuali di Kota Ambon yang memaksa pemerintah kembali menerapkan pembatasan kegiatan masyarakat berskala mikro.
Penulis: Risman Serang | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.Com, Kevin Wildo Tupamahu
AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Penyelenggaraan sekolah tatap muka yang direncanakan Juli 2021 ini akhirnya gagal kembali pasca meningkatnya tingkat penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Tidak terkecuali di Kota Ambon yang memaksa pemerintah kembali menerapkan pembatasan kegiatan masyarakat berskala mikro.
Lagi, Kota Ambon pun masuk zona merah penyebaran Covid -19 setelah sempat berada di zona orange.
Orang tua dan siswa akhirnya menelan kecewa lantaran aktifitas belajar di sekolah kembali batal dilaksanakan.
Elisabet Sugiman adalah satu dari sekian banyak orang tua yang mengalami kesulitan dengan metode berbasis online itu.
Kepada TribunAmbon.com, ibu rumah tangga ini mengungkapkan keluhnya ketika ditemui di rumahnya, kawasan Hative Kecil, Sirimau, Ambon, Rabu (21/7/2021) siang.
Baca juga: Wali Kota Ambon Tegaskan Biaya Sekolah bagi Warga Tidak Mampu Harus Diringankan
Baca juga: PPKM Mikro Diperpanjang, 26 Juli Baru Mulai Ada Kelonggaran di Kota Ambon
- Informasi Tidak Tersampaikan Secara Utuh
Di hari pertama sekolah, setelah menginjak kelas 3 SD, anaknya belajar tentang materi agama. Saat mengikuti kelas pertama hari ini, ada kendala yang muncul, guru mata pelajaran memberi pertanyaan dari sebuah cerita, tetapi lupa mencantumkan cerita tersebut, sehingga ia harus konfirmasi kembali ke guru mata pelajaran.
“Sering kesulitan menjelaskan materi kepada anaknya, sehingga perlu bertanya kepada guru mata pelajaran,” kata Elisabet. - Sulitnya Membujuk Anak untuk Belajar
Setelah dirumahkan, anaknya malah semakin dekat dengan gawai. Namun bukan belajar, malah bermain dengan perangkat yang diberikan untuk menunjang pembelajaran online.
“Jika sudah bermain gawai, anak jadi lupa waktu dan sulit dibujuk untuk mengulang materi yang dipelajari saat kelas online,” ujarnya.
- Anak Bangun Kesiangan
Semenjak belajar dari rumah, otomatis tidak lagi kewajiban bangun pagi untuk kesekolah. Alhasil anaknya malah terbiasa bangun tidur jauh diluar waktu sekolah.
Sehingga, ketika tiba waktu pembelajaran online, dia seringkali telat.
“Selama libur dia sering bangun siang, jadi sekarang bangun lebih awal susah” keluhnya.
- Buku Pelajaran Hanya Dipakai Sebentar
Sejumlah buku pelajaran yang telah dibeli sudah tidak terpakai lagi karena materikulasi dalam pembelajaran online juga ditampilkan secara virtual.
“Kita udah beli buku penunjang dari tema 7 sampai tema 8, tapi hanya dipakai sebentar, rugi dong karena harganya mahal” keluhnya.
- Anak Sulit Memahami Materi
Dampak dari mengikuti sekolah online adalah, anaknya tidak bisa memahami materi pelajaran dengan baik.
“Kalau ditanya lagi tentang materi yang dia dapat, dia kesulitan mengulang materinya,” ujarnya.
Alhasil dengan berbagai kelemahan dari pembelajaran online, nilai anaknya seketika menurun, padahal sebelum penerapan belajar dari rumah selalu bagus ketika mengikuti kelas secara tatap muka di sekolah.
“Kalau dulu saat sekolah offline, ada waktu istirahat sepulang sekolah, jadi kalau dia bangun tidur bisa belajar lagi dan mengerjakan tugas sekolah, kalau sekarang main game terus”
Harapannya sebagai orang tua murid adalah, semoga pandemi cepat berakhir dan anaknya bisa kembali belajar secara tatap muka di sekolah. (*)