Ratusan Ikan Mati
400 Ekor Ikan Mati Mendadak di Teluk Ambon, Tipawael Merugi Jutaan Rupiah
Pria berusia 32 tahun ini menelan kerugian setelah ratusan ekor ikan peliharaannya mati seketika, Selasa (8/6/2021) sore.
Penulis: Fandi Wattimena | Editor: Adjeng Hatalea
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Fandi Wattimena
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Beralih menjadi nelayan kerambah, usaha Ferol Tipawael tidak semulus nelayan lainnya.
Pria berusia 32 tahun ini menelan kerugian setelah ratusan ekor ikan peliharaannya mati seketika, Selasa (8/6/2021) sore.
Ditemui TribunAmbon.com di rumahnya, di Kampung Kolam, Negeri (Desa) Hative Kecil, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Tipawael tampak murung.
Dia tidak menyangka ratusan ikan yang dia pelihara dua bulan terakhir mati mendadak.
Tipawael sendiri baru mencoba peruntungan usaha kerambah itu empat bulan lalu dengan modal 800 bibit ikan atau senilai Rp. 2 Juta.
Belum terhitung media pemeliharaan dan perangkat pendukung lainnya.
“Ini baru mulai usaha kerambah, ikan yang mati itu berumur dua bulan,” kata Tipawael, Kamis (10/6/2021) siang.
Tipawael tidak menyebut pasti jumlah kerugian setelah dua bulan proses permeliharaan ikan jenis bubara itu. Namun, diperkirakan diatas Rp. 3 Juta.

Pria dengan satu anak itu belum tahu harus berbuat apa lantaran tidak punya dana simpanan untuk membeli lagi bibit ikan untuk diperlihara kembali.
Lain hal, dia pun masih khawatir untuk melanjutkan pembibitannya, lantaran belum mengetahui pasti penyebab kematian ikan.
Meski begitu, dia menduga kematian ikan akibat air laut di area tersebut tercemar limbah dari pipa pembuangan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) Hative Kecil.
"Sebelum kejadian, warna air laut berubah merah kecoklatan, seperti air karatan. Sedangkan saat ikan mati, air ditambak berbusa," ujarnya.
Dia mengaku telah melaporkan kejadian tersebut ke petugas PLTD.
Disusul petugas melakukan pengambilan sampel air untuk diuji Laboratorium.
Petugas PLTD sendiri, kata dia, memastikan bahwa tidak ada limbah yang dibuang ke laut.
"Kata petugas mesin tidak beroperasi seminggu, jadi tidak ada aktifitas," jelas Tipawael.
Dia pun masih menunggu hasil uji labolatorium dari sampel air yang diambil petugas PLTD.
"Masih tunggu hasil, tapi petugas belum datang," tandasnya.
Diketahui, jarak pipa pembuangan PLTD dengan keramba milik Tipawael kurang dari 100 meter.
Di area tersebut hanya terdapat satu petak keramba miliknya. (*).