Ambon Terkini
Semakin Tersingkirkan, Pendayung Perahu Poka-Galala Tetap Beroperasi
Transportasi tradisional yang biasa digunakan warga ketika hendak menyebrangi Teluk Ambon, yakni perahu, kini tidak lagi diminati.
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Tanita Pattiasina
AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Transportasi tradisional yang biasa digunakan warga ketika hendak menyebrangi Teluk Ambon, yakni perahu, kini tidak lagi diminati.
Alat transportasi penyebrangan laut ini semakin tersingkirkan dengan adanya banyaknya transportasi lainnya dan perkembangan kota yang semakin pesat.
Terlebih setelah diresmikannya Jembatan Merah Putih (JMP) Kota Ambon oleh Presiden RI Joko Widodo pada April 2016 lalu. Akses JMP itu memang memberikan kemudahan bagi masyarakat luas, namun di sisi lain juga berdampak penurunan ekonomi terutama bagi Pendayung Perahu.
Baca juga: 2 Anggota DPRD Provinsi dan Sepasang Anak Bupati di Maluku Menikah Siapa Mereka
"Dulu bisa sampai Rp 250ribu, setelah ada JMP turun lagi Rp 100ribu," ujar Rusman, salah seorang pendayung perahu di Pelabuhan Poka, Selasa (23/2/2021).
Dia mengatakan, semenjak pandemi covid-19 merebak di Kota Ambon, pendapatan pendayung perahu hanya berkisar Rp 40ribu hingga Rp 50ribu perhari.
Baginya, penggunaan perahu sebagai transportasi penyeberangan adalah budaya.
Itulah mengapa mereka masih tetap mendayung untuk mengangkut penumpang menyebrangi Teluk Ambon.
"Kalau orang tua dulu bilang ini budaya, apalagi kita tinggal di kawasan teluk, kalau kita tidak bertahan akan hilang," sambung Abas, pendayung perahu lainnya.
Dari data yang dihimpun TribunAmbon.com, hanya tersisa 14 pendayung perahu dengan rute Poka - Galala - Poka.