Lalu Lintas di Ambon

Dampak Rekayasa Lalin Jalan Rijali, Pendapatan Harian Tukang Becak Jalan Patimura Turun 50 Persen

Pasalnya, rekayasa tersebut berimbas pada pendapatan tukang becak yang mangkal di sekitar Jalan Pattimura, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.

Penulis: Welem Sabonu | Editor: Adjeng Hatalea
TribunAmbon.com/Helmy
LALU LINTAS AMBON - Ruben Lumamuly, tukang becak yang mangkal di sekitar Jalan Pattimura menyesalkan adanya rekayasa lalu lintas di Jalan Rijali, Sirimau, Ambon, Rabu (27/1/2021). 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Helmy Tasidjawa

AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Rekayasa lalu lintas di jalan Pattimura Kota Ambon berbuntut panjang.

Pasalnya, rekayasa tersebut berimbas pada pendapatan tukang becak yang mangkal di sekitar Jalan Pattimura, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.

Tak tanggung – tanggung, pendapatan harian mereka turun 50%.

Para tukang beca pun mengeluhkan rekayasa tersebut.

Ruben Lumamuly, tukang becak yang mangkal di sekitar Jalan Pattimura menyesalkan adanya rekayasa lalu lintas di Jalan Rijali itu.

LALU LINTAS DI AMBON -  Dua personel Satlantas Polresta pulau Ambon dan pulau pulau Lease berjaga di perempatan Jalan Rijali depan Polda Maluku Selasa, (26/1/2021).
LALU LINTAS DI AMBON - Dua personel Satlantas Polresta pulau Ambon dan pulau pulau Lease berjaga di perempatan Jalan Rijali depan Polda Maluku Selasa, (26/1/2021). (TribunAmbon.com/Helmy)

Hal ini mengakibatkan omset pendapatan hariannya turun, jika dibandingkan dengan sebelum rekayasa diberlakukan

“Tutup jalan depan Polda sangat berdampak bagi kami, pendapatan turun drastis,” ungkapnya saat ditemui TribunAmbon.com di jalan Pattimura Kota Ambon Rabu, (27/1/2021).

Baca juga: Atasi  Macet, Warga Minta Parkiran Depan Polda Maluku Ditertibkan, Bukan Tutup Jalan

Dia mengaku sebelum rekayasa, pendapatan perhari bisa sampai Rp 100 ribu.

Namun saat ini rata-rata hanya mendapat Rp 50 sampai Rp 60 ribu per harinya.

“Sebelumnya bisa Rp 100 ribu, sekerang Rp 50 sampai Rp 60 ribu,” keluhnya.

Lumamuly mengaku, sebagian besar penumpang becak di kawasan tersebut, adalah warga yang ingin mencari makan dan beroperasi di sekitar jalan Rijali dan jalan Kakialy.

Namun, sejak diberlakukan rekayasa tersebut, jumlah penumpang turun drastis.

“Banyak tempat makan disana, jadi penumpang banyak kesana. Sekarang ditutup, penumpang juga ikut berkurang,” jelasnya.

Lumamuly menilai, apa yang dilakukan sejumlah pihak terkait rekayasa di jalan Rijali itu tidak mempertimbangkan nasib masyarakat kecil, terkhususnya tukang becak.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved