Vaksinasi Covid 19
Dua Kali Gagal Screening dan Hipertensi Dokter Hasni Harusad Batal Divaksin di Puskesmas Ambon
Orang-orang yang berisiko terkena hipertensi antara lain adalah mereka yang kelebihan berat badan, perokok, berusia di atas 55 tahun,
Penulis: Fandi Wattimena | Editor: Nur Thamsil Thahir
Dua Kali Gagal Screening, Dokter Hasni Harusad Batal Divaksin di Puskesmas Tawiri Ambon
AMBON - TRIBUNAMBON.COM, - Lantaran gagal menjadi orang pertama yang divaksin Covid-19 di puskesmas yang dipimpinnya, dokter (dr) Hasni Harusad, mengaku kecewa.
Kekecewaan Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tawiri itu, dikemukakan sang dokter, Jumat (15/1/2021), usai menjalani screening awal.
Bukan sekali, alumnus Fakultas Kesehatan Universitas Hang Tuah Surabaya ini gagal melalui dua dari empat meja screening.
"Sehat, tapi tekanan darah naik," ungkap dr. Hasni, kepada TribunAmbon.com.
Sesuai prosedur tetap vaksinasi, ada empat meja screening yang harus dilewati tiap pasien.
Baca juga: Sistem Error, Hanya 1 dari 15 Paramedis Lolos Vaksinasi di Puskesmas Tawiri di Ambon
Pertama; meja pendaftaran. Lalu Pemeriksaan kondisi kesehatan umum, ketiga meja eksekusi penyuntikan, dan terakhir meja obeservasi pascavaksin.
Di meja kedua, dokter yang telah bertugas di lima puskesmas Kota Ambon ini divonis hipertensi oleh vaksinator.
Tekanan darahnya diatas normal; lebih dari 140/80 apa itu mmHg.
Adapun mmHG adalah singkatan dari milimeter airraksa, atau kadar kandungan air dalam darah seseorang.
Keinginan kuat menjadi yang pertama divaksin di instansi layanan kesehatan yang dipimpinnya itu bukan tanpa alasan.
Alumnus Fakultas Kesehatan Hang Tuah, Surabaya ini hanya ingin membuktikan vaksin yang disuntikan ke tubuh tidak berbahaya seperti kekhawatiran banyak orang.

Baca juga: Update Corona di Indonesia per 15 Januari 2021, Pasien Sembuh Bertambah 7.491 orang
"Kalau kita sudah (divaksin), tentu mudah untuk memberikan pemahaman bagi orang lain," katanya.
Menurutnya, menjadi pekerjaan besar bagi tenaga kesehatan untuk memberikan pemahaman dan edukasi bagi warga agar mau divaksin.
Setelah proses vaksinasi tahap pertama usai. dr. Hasni masih terlihat gusar, seakan tidak percaya dengan hasil pengecekan tekanan darah.
Kepada TribunAmbon.com, perempuan kelahiran 28 Juli 1977 itu mengaku tidak memiliki memiliki penyakit bawaan atau komorbid.
Dia bahkan melakukan dua kali SWAB Test dalam pekan ini untuk menkonfirmasi kondisinya.
"Dibilang nervous tidak, mungkin saya kelelahan," cetusnya.
Lanjutnya, dua pekan sebelum hari H pelaksanaan vaksinasi, Dia dihadapkan dengan kesibukan.
Diluar rutinitas profesi, dia juga terlibat aktif dalam sosialisasi protokol kesehatan.
Puncak kesibukan datang kemudian beberapa hari menjelang vaksinasi. Dia bahkan kurang tidur karena padatnya aktifitas.
Alhasil, Dia terpaksa mengikuti jadwal berikut vaksinasi yang direncanakan berlangsung pekan depan.
"Berikutnya yakin pasti bisa," tandasnya.
Dalam situs Alodokter , tekanan darah adalah ukuran seberapa kuatnya jantung meompa darah ke seluruh tubuh Anda. Agar kinerja tubuh maksimal, Anda harus memiliki tekanan darah normal. \
Lantas, berapa tekanan darah normal pada orang dewasa?
Umumnya, orang dewasa dengan kondisi tubuh sehat memiliki tekanan darah normal sekitar 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.
Angka 120 dan 90 menunjukkan tingkat tekanan ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh atau biasa disebut tekanan sistolik.
Sementara angka 80 dan 60 berarti tingkat tekanan saat jantung beristirahat sejenak sebelum kembali memompa lagi, atau kerap disebut tekanan diastolik.
Anda dikatakan terkena hipertensi ketika tekanan darah Anda 130/80 mmHg atau lebih.
Kenyataannya, kondisi yang membahayakan jiwa ini kerap tidak menampakkan gejala, sehingga banyak pengidapnya yang tidak tahu jika mereka mengalami hipertensi.
Hipertensi yang tidak ditangani dengan baik bisa memicu penyakit mematikan seperti stroke dan serangan jantung, selain itu juga bisa mengganggu penglihatan, dan menyebabkan kerusakan fatal organ lain seperti ginjal.
Orang-orang yang berisiko terkena hipertensi antara lain adalah mereka yang kelebihan berat badan, perokok, berusia di atas 55 tahun, pecandu minuman beralkohol, jarang berolahraga, dan suka mengonsumsi makanan yang asin dan rendah kandungan kalium dan kalsium.
Selain itu, mereka yang memiliki anggota keluarga yang menderita hipertensi, diabetes atau penyakit jantung juga lebih berisiko.