Pendapatan Turun 50 Persen, Sopir Angkot di Ambon : Sabar Saja
Berbagai kebijakan pembatasan aktifitas sosial di tengah pandemi bukan hal yang menguntungkan bagi sebagian besar profesi di Ambon.
Laporan Kontributor TribunAmbon com, Fandy
TRIBUNAMBON.COM - Berbagai kebijakan pembatasan aktifitas sosial di tengah pandemi bukan hal yang menguntungkan bagi sebagian besar profesi di Ambon.
Sopir angkutan kota (angkot) salah satu yang sangat terdampak regulasi untuk pencegahan penyebaran virus tersebut.
Di kota Ambon sendiri, pemerintah kota melalui Dinas Perhubungan telah menerapkan pembatasan jumlah penumpang sebagai upaya menerapkan jarak interaksi.
Tidak selesai disitu, meningkatnya jumlah kasus terkonfirmasi positiv Covid-19 disambut pemerintah dengan pemberlakuan sistem ganjil-genap bagi trayek angkot maupun AKDP.
Alhasil, pendapatan para sopir berkurang, mencapai angkai 50 persen.
"Turun banyak, yah rata-rata 50 persen. Kadang juga hanya dapat uang setor saja. Sabar saja," ungkap Usman Seni, Sopir Angkot Jurusan Hunut.
Lanjutnya dijelaskan, pasca pandemi, pendapatan rata-rata perhari hanya 300 ribu, belum terpotong uang bensin dan uang setor.
"Ya sekitar Rp 50 ribu, klo dapat Rp. 100 ribu sudah sangat bersyukur," katanya.
Angka itu turun drastis sebelum pandemi, yakni bisa mencapai Rp. 600 ribu perhari dengan keuntungan bersih Rp. 200 ribu sampai Rp. 300 ribu tergantung besarnya setoran kepada pemilik angkot.
Serupa dengan itu, sopir angkot lainnya mengaku kondisi ini cukup dipahami pemilik kendaraan sehingga uang setoran perhari juga ikut turun.
"Setorannya juga turun, kalau gak ya mau makan apa kita," cetus Dany Jeremias.
Lanjutnya, dia dan rekan lainnya tetap menjalankan kebijakan untuk mencegah penyebaran virus tersebut.
Hanya saja, dia berharap ada perhatian khusus oleh pemerintah kota terhadap para sopir angkot. Mengingat mereka terdampak langsung berbagai kebijakan tersebut.
"Kalau ada bantuan justru lebih baik bagi kami. Tentu berharap lah," tandasnya.
(*)