Surmi, Warga Pulau Seram Maluku, Berjuang Lawan Penyakit Aneh di Wajahnya
Mengidap penyakit aneh di wajahnya, Surmi, perempuan 28 tahun, warga Dusun Asam Jawa, Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku
Laporan Wartawan Tribunambon.com, insany
TRIBUNAMBON.COM - Mengidap penyakit aneh di wajahnya, Surmi, perempuan 28 tahun, warga Dusun Asam Jawa, Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku ini tak mampu berbuat banyak.
Sejak tiga tahun lalu, pembengkakan terjadi di wajahnya berupa benjolan kecil yang kian membesar ditambah sejumlah benjolan lain yang sering mengeluarkan darah.
Menurut Madjid kepada Tribunambon.com, Rabu (07/10/2020) kerabat dekat Surmi yang mendampingi selama di Ambon, benjolan di pipinya itu muncul setelah ia melahirkan anak ketiganya.
Selama tiga tahun, itu pula ibu dari tiga orang anak ini ia harus menderita menahan sakit, pembengkakan yang muncul di area pipi, di wajah sebelah kanan, diduga merupakan tumor.
Namun hingga kini tidak diketahui penyakit apa yang dideritanya.
Madjid menjelaskan ikhwal kondisi Wa Surmi Amulai, yang menderita penyakit aneh di wajahnya ini , ‘’ Ibu Surmi dan suaminya La Ode Amni, datang ke Ambon pada Agustus lalu hanya dengan pakaian di badan dan tidak memiliki kartu identitas apapun, mereka langsung ke Rumah Sakit Latumeten,’’ ungkapnya.
Di rumah sakit ini, Surmi sempat diperiksa dan diambil sample, menurut dokter di rumah sakit ini, sampel tersebut harus dikirim ke Makassar untuk mengetahui penyakit yang diderita Surmi.
Karena tidak memiliki biaya, setelah dirawat selama tiga hari, suami istri ini terpaksa tidak bisa tinggal lebih lama di RS Latumeten, keduanya diminta pulang, mereka akhirnya menumpang di rumah Madjid di Kawasan Wara, Batumerah, Kota Ambon.
Sejak Agustus lalu hingga kini, Surmi masih terus menunggu hasil sampel yang dikirim ke Makassar oleh dokter RS Latumeten.
Kondisi Surmi makin menderita. ‘’ Tiap hari darah keluar dari benjolan-benjolan di wajahnya itu,’’ jelas Madjid.
Surmi dan suaminya hanyalah petani yang hidup dari hasil kebun, setiap hari ia berjualan sayuran ubi kayu untuk memenuhi kebutuhan dirinya, suami dan tiga anaknya di desa.
‘’Setiap hari cuma bisa dapat 25 hingga 30 ribu jika keliling kampung berjualan hasil kebun,’’ jelas Madjid.
Surmi dan suaminya terpaksa meninggalkan ketiga anaknya bersama neneknya di kampung untuk bisa ke rumah sakit di Ambon.
Mereka hanya bisa pasrah untuk menunggu bantuan pemerintah untuk bisa sembuh dari penyakit yang di deritanya ini.