Kisah Haru Dua Ibu Korban Gempa Maluku Lahirkan Bayi, Satu di Hutan & Satunya Saat Gempa Susulan
Inilah kisah haru dua ibu korban gempa Maluku lahirkan bayi, satu di hutan satunya tanpa bantuan medis
TRIBUNAMBON.COM - Seorang ibu hamil bernama Heny Tomia (31), warga Dusun Wainuru, Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah melahirkan bayinya di tenda darurat di hutan dusun tersebut, Jumat malam (4/9/2019).
Heny masih beruntung karena saat proses persalinan ia ditangani langsung oleh tim kesehatan yang terdiri dari seorang bidan dari Puskesmas Desa Liang serta sejumlah relawan dari mahasiswa kesehatan Maluku dan juga tim kesehatan dari Muhamadiyah.
Salah satu relawan mahasiswa kesehatan Maluku mengaku Heny melahirkan bayinya di tenda pengungsian tepatnya hutan dekat pepohonan cengkih dalam keadaan selamat dan saat ini kondisi Heny dan bayinya sangat sehat.
• Sempat Diberi Oksigen, Seorang Pengungsi Gempa Maluku Tak Tertolong & Meninggal Dunia di Tenda
“Baru bersalin sekira pukul 18.41 WIT tadi. Kebetulan kita dapat informasi ada warga yang mau bersalin di tenda lalu kita datang dan kita bantu,”kata Sandi Salamun koordinator relawan mahasiwa kesehatan Maluku kepada Kompas.com, Jumat malam.
Dia mengatakan saat itu tim relawan masih terus menemani Heny untuk memberikan penanganan pascamelahirkan bayinya
.”Masih ada disini, kita masih tangani,”ujarnya.

Salah satu keluarga Heny mengatakan perut Heny mulai sakit sejak sore, saat itu keluarga tidak bisa membawanya ke puskesmas ataupun rumah sakit lantaran lokasi pengungsian sangat jauh dan berada di perbukitan.
“Tidak bawa lagi karena jauh, tapi kita bersykur ada yang menangani langsung disini,”ujar Minggo kepada Kompas.com.
Menurutnya bayi yang baru dilahirkan bersama ibunya kondisinya sangat sehat. Ia pun tak lupa berterima kasih kepada tim medis yang telah membantu proses persalinan keponakannya itu.
“Terima kasih banyak karena sudah membantu kami. Alhamdulillah bayinya laki-laki dan sangat sehat,”katanya.
Sebelumnya diberitakan, beberapa ibu hamil juga juga melahirkan bayi mereka di sejumlah lokasi pengungsian baik di Seram Bagian Barat maupun di Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu.
Di Desa Waimital Kecamatan Kairatu empat ibu hamil melahirkan di tenda pengungsian sedangkan di Desa Kairatu, seorang pengungsi harus melahirkan bayinya di tengah terpaan badai dan hujan deras tanpa pertolongan medis.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Satu Pengungsi Gempa Maluku Kembali Melahirkan di Tenda Darurat"
Penulis : Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty
Melahirkan Saat Gempa Susulan
Sebelumnya, seorang Ibu bernama Wa Ona Windi, pengungsi korban gempa asal Dusun Waitasi, Desa Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, melahirkan bayinya di sebuah gubuk reyot di perbukitan desa tersebut.
• Pengungsi Ini Heran Bantuan Gempa Ambon Tak Merata, Sampai Ada Keributan
Windi melahirkan dalam kondisi sangat memprihatinkan di dalam sebuah gubuk berukuran 2x2 meter.
Atap gubuk tersebut terbuat dari daun sagu. Sementara dindingnya hanya dilapisi daun kelapa yang disusun seadanya.
Tak hanya itu, saat Windi melahirkan, kondisi cuaca sangat buruk.
Badai dan hujan lebat menerpa gubuk reyot.

Saat melahirkan bayinya, Windi hanya dibantu oleh suaminya Onyong Saun dan beberapa keluarga dekatnya tanpa ada petugas medis.
Ayah Windi, La Sididi mengatakan, putrinya itu melahirkan bayinya pada Kamis (3/10/2019) malam.
Menurut dia, angin kencang disertai hujan deras yang mengguyur lokasi pengungsian membuat seisi gubuk tempat anaknya berteduh tergenang air.
“Saat itu hujan sangat kuat sekali, di dalam walang (tenda) air balandong (tergenang) semua,”kata La Sididi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/9/2019).
Windi tidak bisa dibawa ke rumah sakit untuk menjalani proses persalinan dengan baik, lantaran jarak lokasi pengungsian dengan Puskesmas Kairatu sangat jauh.
Sementara itu, getaran gempa susulan yang terus dirasakan membuat Windi tidak bisa dibawa ke Puskesmas terdekat.
• Masih Terjadi Gempa Susulan Gempa Ambon 1.044 Kali, Grafik Turun Warga Jangan Terpancing Isu Tsunami
“Jadi sama sekali tidak ada bantuan medis. Puskesmas juga jauh, sekitar 10 kilometer dari lokasi pengungsian, jadi kita pasrah saja,” ujar La Sadidi.
Meski demikian, Windi mampu bertahan dan akhirnya melahirkan bayinya dengan selamat.
”Alhamdulilah cucu saya lahir dengan selamat, seorang perempuan,”kata La Sadidi.
Dievakuasi saat gempa susulan
Hingga saat ini, warga di Kairatu, Seram Bagian Barat, masih terus merasakan getaran gempa susulan yang cukup kuat.
Kondisi itu membuat warga belum berani turun ke perkampungan mereka dari hutan-hutan dan perbukitan.
Menurut La Sididi, setelah melahirkan, putrinya sempat dievakuasi ke rumah mereka di Dusun Waitasi.
Namun, karena gempa terus terjadi, putrinya itu kembali ke lokasi pengungsian yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari rumah mereka.
“Anak saya sudah naik lagi ke gunung sambil berjalan kaki, karena tadi gempa sangat kuat barusan terjadi pas mau shalat Jumat,” kata La Sadidi.
Menurut La Sadidi, warga di Dusun Waitasi dan dusun-dusun lainnya hingga kini masih berada di lokasi pengungsian dan belum berani turun ke perkampungan.
Selama sepekan mengungsi di perbukitan, banyak warga belum juga mendapat bantuan baik tenda, sembako maupun selimut.
• Prakiraan Cuaca Ambon Hari Ini Sabtu, 5 Oktober 20919: Malam Cerah Berawan
Selain itu, belum ada bantuan medis dan obat-obatan.
“Kita hanya dapat beras 5 kilogram dan sarimi. Kalau posko kesehatan obat-obatan dan tenaga medis di lokasi pengungsian tidak ada sama sekali,”kata La Sadidi.
Menurut La Sadidi, tenda dan selimut paling dibutuhkan, karena cuaca buruk yang terjadi.
"Memang kemarin ada bantuan tenda, tapi hanya tujuh dan itu tidak bisa menampung ribuan pengungsi,”kata La Sadidi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat Badai dan Hujan Lebat, Pengungsi Gempa Melahirkan Tanpa Bantuan Medis di Gubuk Reyot"
Penulis : Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty