Maluku Terkini

‎Banda Heritage Festival dan 'Des Alwi', Warga Banda Diajak Kembali Mengenang 

‎Penugasan yang membawa ia lebih memahami akan sejarah perjuangan bangsa karena di kepulauan Banda inilah banyak tokoh-tokoh Bangsa

Istimewa
DES ALWI - Mendiang Budayawan Nasional, Des Alwi. Ia diketahui cukup berpengaruh di Kepulauan Banda 

‎Laporan Jurnalis TribunAmbon.com, Silmi Sirati Suailo 

‎MASOHI, TRIBUNAMBON.COM - Banda Heritage Festival akan digelar pada tanggal 26 Nopember 2025, mengingatkan Mantan Camat Banda, J. Usemahu kembali ke 19 tahun yang lalu, dimana pada saat itu antara tahun 2006 sampai dengan 2010 ia bertugas di Kepulauan Banda.

‎Penugasan yang membawa ia lebih memahami akan sejarah perjuangan bangsa karena di kepulauan Banda inilah banyak tokoh-tokoh Bangsa yang diasingkan oleh penjajahan Belanda. 

‎Demikian pula, bangunan-bangunan bersejarah yang masih kokoh berdiri hingga kini yang kesemuanya memberikan gambaran kehidupan di masa perjuangan kemerdekaan saat itu.

‎Namun, yang memberikan kesan mendalam sampai dengan saat ini dalam menjalani penugasan tersebut adalah ia bertemu dengan salah satu sejarahwan, budayawan serta tokoh Nasional yaitu Bapak Des Alwi atau sering dipanggil oleh masyarakat banda sebagai “om des”.

‎Di suatu kesempatan bertatap muka dengan masyarakat Banda dan awal mula J. Usemahu bertemu dengan Des Alwi.

‎"Saya sampaikan kebanggaan saya mendapatkan penugasan ini karena saya yang dibesarkan dan bersekolah di pedalaman papua tepatnya di Kabupaten Jayawijaya hanya bisa melihat tokoh Nasional ini hanya lewat tayangan TVRI, tetapi dengan penugasan itu dapat bertemu dan bekerjasama secara langsung dengan om des di pulau yang penuh dengan nilai-nilai  sejarah bangsa,"  jelas J. Usemahu, Senin (24/11/2025).

‎Di kesempatan yang lain pula, Des Alwi pernah mengajak Mantan Camat Banda itu ke kantornya di Jalan Narada Senen Jakarta untuk bersilaturahmi dengan warga Banda yang berada di Jakarta dan sekaligus melihat-lihat aktivitas beliau dalam memproduksi film-film documenter terkait dengan sejarah nasional.

Baca juga: Amankan Perhelatan Banda Heritage Festival 2025, Polda Maluku Terjunkan 280 Personel

‎Nampak di Kantor tersebut rol’rol film yang tak terhitung banyaknya dalam kondisi tersimpan rapih dan terawat dengan baik. Dan masih kuat diingatan bahwa kala itu sastrawan kawakan itu telah rampung menyiapkan sebuah film documenter tentang kejadian Sejarah bangsa, dan akan diperlihatkan ke tokoh-tokoh Masyarakat Banda terlebih dahulu sebelum dipublikasikan ke Masyarakat luas.

‎Om Des sebutannya, dalam kesehariannya menggambarkan sosok yang tidak lepas dari semangat nasionalisme yang tinggi yang menggambarkan semangat perjuangan di tahun 45 walaupun usia sudah senja. 

‎Hal ini sangat terasa di kala beliau memperjuangkan kegiatan Sail Banda Tahun 2010 dimana aktivitasnya yang sangat tinggi untuk pulang balik Jakarta-Banda, dimana kondisi fisiknya kadang menurun akibat kecapean.

‎Namun semangat perjuangan itulah yang menguatkan Des Alwi dalam mensukseskan ajang Nasional Sail Banda tersebut. 

‎"Sering  diceritakan bahwa beliau masih suka kontrol kesehatan jantungnya di Rumah Sakit maupun lututnya yang sering terasa perih karena terdapat pen yang tertanam akibat tindakan medis pasca pertempuran 10 Nopember di Surabaya dimana beliau terlibat langsung didalamnya, sehingga beberapa tokoh masyarakatpun meminta beliau agar dapat meluangkan waktu untuk istirahat walaupun proses untuk pelaksanaan Sail Banda terus berjalan," cerita J. Usemahu.

‎J. Usemahu mengenang Des Alwi dalam satu rangkaian persiapan Sail Banda 2010, dimana dua hari sebelum pembukaan Sail Banda ia menyampaikan pidato yang cukup menyedihkan di depan masyarakat Banda dan para tamu yang sudah hadir utk menyaksikan Sail Banda dan tepatnya acara itu berlangsung di area Dermaga Banda. 

‎"Entah keresahan apa yang ada dipikiran beliau sehingga dengan nada sedih om des sampaikan dengan kata-kata seperti ini 'Saya memiliki film-film documenter tentang Sejarah bangsa ini, dan apabila rol-rol film itu digelar sepanjang jalan maka kira-kira  rol film itu panjangnya bisa mencapai 3 km panjangnya. Jadi biarlah negara tidak melihat Banda, tapi suatu saat negara akan mencari sejarahnya di Banda'," tukas J. Usemahu.

Baca juga: Pelabuhan Amahai Membludak, Warga Bergerak ke Banda untuk Heritage Festival

‎Dari pernyataan Des Alwi kini timbul pertanyaan, dimanakah sekarang keberadaan film-film dokumenter yang bernilai Sejarah itu? Adakah generasi muda Banda menelusurinya? Ataukah pernyataan ini hanya untuk menjadi memotivasi  generasi muda Banda agar terus menggali nilai-nilai Sejarah bangsa yang ada di Banda dan belum terungkapkan?.

‎Bagi J. Usemahu, Keresahan Des Alwi  secara perlahan-lahan mulai terjawab dengan adanya, master plan Pengembangan dan Penataan Kawasan Banda Neira tahun 2025-2045 yang telah diserahkan oleh Bappenas Ke Pemprov Maluku, terselenggaranya festival banda heritage dan kehadiran kira-kira 8 menteri di festival ini yang kesemuanya menunjukan perhatian besar terhadap pengembangan banda di masa mendatang.

‎Lagi-lagi, J. Usemahu menegaskan, apakah warga Banda telah melupakan jasa-jasa Des Alwi yang telah berdedikasi untuk negara ini? Bukankah ia adalah penerima Penghargaan Negara berupa Bintang Mahaputra Pratama beliau  maupun Bintang Johan Mangku Negara dari Kerajaan Malaysia sehingga walaupun beliau telah tiada tetapi jasa beliau harus kita kenang sebagaimana Presiden Prabowo sering mengajarkan agar kita selalu mengingat jasa-jasa para pejuang NKRI.

‎Sesuatu yang monumental untuk mengenang jasa Des Alwi kiranya perlu dihadirkan di Banda.

Baca juga: ‎Akses Literasi Diperluas, Pojok Baca Digital Hadir di Pulau Banda Maluku Tengah

‎"Di tahun lalu disaat Festival Banda berlangsung, saya sempat berdiskusi singkat dengan tokoh muda Banda dan mengajak mereka untuk tidak melupakan om des dengan jasa-jasanya yang telah beliau perbuat, baik untuk warga Banda itu sendiri maupun kepada Bangsa dan Negara ini," ungkap dia.

‎Hasil diskusi singkat terlahir ide dari tokoh tokoh muda tersebut untuk mengenang Des Alwi dengan mewacanakan pengusulan pergantian nama Bandara Banda menjadi “Bandara Des  Alwi”, karena Bandara Banda itupun merupakan hasil perjuangan om des dalam menghadirkannya bagi Banda.

‎Dengan mengabadikan namanya di Bandara memungkinkan relasi yang berpuluh tahun dibangun, baik pada skala Nasional maupun global akan terkoneksi kembali bagi pengembangan destinasi wisata Banda dimasa mendatang.

‎Di akhir cerita J. Usemahu mengenang, usai  Des Alwi mengantarkan pelaksanaan Sail Banda 2010, ia Kembali ke pangkuan Illahi  di tanggal 12 Nopember 2010.

‎"Atas keinginannya yang didasari oleh kecintaan terhadap Banda, om Des pun memilih untuk tidak dimakamkan  di makam Pahlawan Kalibata Jakarta, tetapi memilih ke peristirahatan terakhir di pemakaman umum Masyarakat Banda," ulasnya," pungkas J. Usemahu

‎Mantan Camat Banda itu berharap, dari nisan beliau yang retak dan diperbaiki semoga Des AlwiDes Alwi muda semakin banyak yang muncul di tanah Banda agar nilai-nilai Sejarah bangsa, budaya dan alam Banda tetap terjaga dan lestari. (*)

Sumber: Tribun Ambon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved