Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Maula M Pelu
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Dibalik setiap tumpukan pisang yang dijajahkan di pasar pisang di kawasan batu koneng, ada sosok legend yang telah bertahan dengan profesi tersebut.
Harun namanya. Pria berusia 68 tahun, telah menapaki perjalanan panjang menjual pisang kurang lebih 23 tahun.
Berawal pada 2002, ketika ia memutuskan untuk beralih dari berjualan sayur di Kawasan Amans, Jalan Pantai Mardika, Kota Ambon ke bisnis pisang di kawasan Pasar Pisang Batu Koneng, jalan Y. Syaranamual, Poka, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon.
“Dulu saya berjualan sayur, tapi pemasukan tak sesuai. Sejak 2002, saat situasi Ambon mulai kondusif, saya memulai usaha dengan modal Rp. 2 juta,” kenang Harun saat ditemui TribunAmbon.com, Minggu (20/4/2025).
Berjualan pisang bukan hanya menjadi sumber nafkah bagi Harun, tetapi membantu petani memasarkan hasil taninya adalah hal yang memiliki kebahagian tersendiri.
“Dulu saat itu memang sulit. Dari hasil petani pisang di kampung-kampung, dan diberikan ke saya yang pasarkan, itu sangat menyenangkan karena ada proses saling membantu satu sama lain,” ujarnya dengan penuh rasa syukur.
Dengan pengalaman yang ia dapat dari usaha sebelumnya dan memanfaatkan relasi yang telah terjalin, Harun mendapatkan pasokan langsung dari petani pada beberapa daerah di Provinsi Maluku. Seperti Waipia, Wahai, dan Kobisonta.
Baca juga: Tingkat penghuni kamar hotel di Maluku Secara Tahunan Turun 5,66 poin, Ini Rinciannya
Baca juga: Tingkat penghuni kamar hotel di Maluku Secara Tahunan Turun 5,66 poin, Ini Rinciannya
Setiap pagi, Harun mulai rutinitas dengan mengunjungi pelabuhan di Leihitu, tuk mengambil pasokan pisang dari Petani yang dikirimkan. Atau menunggu petani membawanya.
“Dulu saya jaga datang di Hitu ambil pisang di Pelabuhan. Di tahoku. Kalau sekarang banyak juga yang datang bawah,” terangnya.
Lebih dari dua dekade, usaha ini memberikan kesempatan untuk menyekolahkan 4 anaknya yang kini sukses di bidang masing-masing.
Anaknya pertamanya menjadi anggota kepolisian, anak kedua bekerja di Dinas ESDM Provinsi Maluku, anak ke Tiga kantor Desa Rumah Rumah Tiga, dan Anak Bungsu di sektor pertambangan.
“Alhamdulillah, dengan hasil berjualan pisang, anak saya bisa lanjut pendidikan dan dapat pekerjaan yang baik untuk mereka,” ujarnya.
Hingga kini Harun masih aktif berjualan pisang untuk menikmati usia lanjutnya.
“Alhamdulillah, anak sudah kerja semua. Saya dan istri Jadi tidak terlalu berat-berat lagi kerjanya,” tutupnya.
Diketahui, jenis pisang yang dijajakan Pak Harun diantaranya, pisang edewaka, pisang 40 hari, pisang meja, dan pisang raja.
Harga pisang berkisar dari Rp. 10 ribu hingga Rp. 75 ribu per ikat. (*)