Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon kembali mencoreng citra pendidikan tinggi dengan dugaan praktik pungutan liar (pungli) yang membebani mahasiswa.
Kali ini, dugaan pungli berkedok pemotongan rumput di Stadion Sepak Bola Unpatti, yang kondisinya memprihatinkan.
Mahasiswa yang seharusnya fokus menimba ilmu, justru dipaksa merogoh kocek untuk biaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab universitas.
Lebih dari sekadar rumput liar, terungkap fakta yang lebih mencengangkan.
Mahasiswa terpaksa patungan untuk memangkas rumput, dengan dalih biaya petugas dan bahan bakar mesin pemotong.
Ironisnya, uang yang terkumpul tak cukup untuk memotong seluruh area lapangan, hanya cukup untuk lintasan lari.
Keluhan ini bukan isapan jempol belaka. Penelusuran TribunAmbon.com terungkap bahwa masalah ini telah lama dikeluhkan mahasiswa.
Baca juga: Ironi Stadion Unpatti Menuju World Class University: Kampus Elit, Potong Rumput Sulit
Baca juga: Ribuan Alumni Tak Dapat Foto Wisuda: Rektor Unpatti Bungkam Seribu Bahasa
Pada awal Maret 2025, mereka telah meminta bagian umum Unpatti untuk memangkas rumput, namun permintaan mereka berujung pada pungutan liar yang mencekik.
Rincian biaya yang harus ditanggung mahasiswa pun terungkap: ongkos petugas Rp. 350 ribu, biaya bensin Rp. 300 ribu, dan oli Rp. 50 ribu.
Sebuah ironi, di tengah ambisi Unpatti menjadi universitas elit, masalah sepele seperti pemotongan rumput pun menjadi beban bagi mahasiswa.
Kondisi lapangan yang memprihatinkan ini tentu menghambat kegiatan praktik olahraga mahasiswa Penjaskesrek.
Praktik pungli ini jelas mencoreng nama baik Unpatti sebagai lembaga pendidikan tinggi.
Alih-alih memberikan fasilitas yang layak bagi mahasiswa, universitas ini justru membebani mereka dengan pungutan yang tidak jelas.
Ini bukan hanya masalah rumput liar, tapi juga masalah integritas dan akuntabilitas.