Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Mesya Marasabessy
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Ketua Lembaga Nanaku Maluku, Usman Bugis menilai tak adanya keadian untuk Maluku di negeri sendiri.
Padahal menurutnya, Maluku menjadi contoh nyata bagaimana sebuah daerah kaya sumber daya alam tetap menderita akibat distribusi ekonomi yang timpang.
Royalti dari hasil laut, tidak mencerminkan kontribusi nyata Maluku terhadap Indonesia.
Ironisnya, rakyat Maluku hidup dalam kondisi serba kekurangan.
“Terkadang, perjuangan bukan hanya soal fisik pembangunan, tapi juga rasa keadilan. Infrastruktur minim, pendidikan rendah, dan kesehatan yang tidak memadai menjadi pandangan umum di wilayah ini,” kata Usman, Senin (21/10/2024).
Baca juga: Masyarakat Kecewa, Selama Ini Maluku Selalu Dianaktirikan oleh Pemerintah Pusat
Dia menerangkan, setiap sudut Maluku dipenuhi oleh rasa ketidakadilan.
Sehingga wajar saja jika muncul pemikiran bahwa Merah Putih tak lagi mewakili aspirasi dan harapan mereka.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia seolah hanya slogan kosong, tanpa bukti nyata di tanah Maluku.
“Negara selalu membanggakan semangat kebhinekaan dan persatuan, tetapi, bagaimana persatuan itu bisa dirasakan jika sebagian anak bangsa justru ditinggalkan,” tegasnya.
Usman melanjutkan, ketika berbicara tentang kemajuan, seharusnya ada pemerataan.
Namun, yang terjadi di Indonesia hari ini adalah polarisasi antara pusat dan daerah.
Jakarta dan sekitarnya terus berkembang pesat, sementara daerah-daerah seperti Maluku tetap berjalan di tempat.
“Bahkan, dalam isu-isu politik dan sosial, suara masyarakat Maluku seringkali tenggelam oleh suara-suara mayoritas dari Jawa dan Sumatera,” ungkap Usman.
Hal ini tak hanya menyangkut pembangunan fisik, tetapi juga representasi politik.
Keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Maluku sering diambil tanpa konsultasi langsung dengan mereka.
Kebijakan ekonomi, pendidikan, hingga energi ditentukan di Jakarta, tanpa mempertimbangkan realitas di lapangan.
“Bagaimana mungkin Maluku bisa bangkit jika suaranya diabaikan di meja pengambil keputusan?” tandasnya.