TRIBUNAMBON.COM - Milisi Houthi Yaman menyatakan pihaknya merencanakan serangan lebih lanjut terhadap kapal perang Amerika Serikat dan Inggris.
Pernyataan yang dirilis pada Rabu (31/1/2024) ini, mengatakan semua kapal perang AS dan Inggris yang berpartisipasi dalam “agresi” terhadap Yaman adalah sasarannya.
Pernyataan tersebut memicu kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan dan gangguan terhadap perdagangan dunia.
Kelompok Houthi, yang menguasai wilayah terpadat di Yaman, telah meluncurkan drone dan rudal ke kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden sejak 19 November.
Houthi mengatakan serangan tersebut merupakan respons terhadap operasi militer Israel di Gaza.
AS dan Inggris telah menyerang balik sasaran-sasaran Houthi di Yaman ketika mereka berpatroli di Laut Merah dalam koalisi angkatan laut yang telah melakukan banyak serangan dengan kelompok Yaman.
Pada Selasa (30/1/2024), Houthi menembakkan rudal ke kapal perang AS USS Gravely.
Komando Pusat AS mengatakan pasukannya telah menembak jatuh sebuah rudal jelajah antikapal.
Pada Rabu, AS mengatakan pasukannya menghancurkan rudal permukaan-ke-udara yang siap diluncurkan.
"Pasukan Amerika mengidentifikasi rudal tersebut di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi dan memutuskan bahwa rudal tersebut merupakan ancaman terhadap pesawat AS,” kata Komando Pusat.
Pukulan ekonomi
Serangan Houthi telah menambah elemen ekonomi global pada kekacauan yang timbul akibat perang di Gaza.
Beberapa perusahaan pelayaran telah menunda transit melalui Laut Merah, yang diakses dari Teluk Aden, dan malah menempuh perjalanan yang lebih lama dan mahal mengelilingi Afrika untuk menghindari serangan.
Baca juga: AS Bantah Klaim Houthi Yaman yang Ngaku Serang Kapal Kargo Militernya di Teluk Aden
Kelompok Houthi mengatakan mereka akan melanjutkan operasi militer mereka sampai gencatan senjata disepakati di Jalur Gaza dan makanan serta obat-obatan diizinkan masuk ke wilayah tersebut untuk meringankan krisis kemanusiaan.
Mereka bersikeras bahwa mereka siap untuk menggali dalam jangka panjang.