Konflik Palestina Israel

Pemimpin Hizbullah Bilang Kelompoknya Tak akan Diam setelah Pemimpin Hamas Dibunuh Israel

Editor: Adjeng Hatalea
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasukan Hizbullah milik Lebanon menyerang 19 posisi Israel secara bersamaan di sepanjang perbatasan, Kamis (2/11/2023).

TRIBUNAMBON.COM - Pemimpin kelompok bersenjata kuat Lebanon, Hizbullah, mengatakan pembunuhan wakil ketua faksi sekutu Palestina, Hamas, di Beirut adalah kejahatan besar.

"Dan berbahaya yang tidak bisa kita diamkan," ujar Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah dilansir dari Al Jazeera, Rabu (3/1/2024).

Dalam pidatonya yang disiarkan televisi kemarin, Hassan Nasrallah menyalahkan Israel atas serangan itu dan menyampaikan belasungkawa kepada Hamas.

Dia menyebut, apa yang terjadi itu sebagai “agresi Israel yang mencolok” yang menewaskan Saleh al-Arouri.

Serangan pada Selasa (2/1/2024) itu terjadi di pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh, yang merupakan basis Hizbullah.

Juru bicara militer Israel Daniel Hagari tidak secara langsung mengomentari pembunuhan al-Arouri, namun mengatakan militernya sangat siap menghadapi skenario apa pun setelah kejadian tersebut.

Namun pada hari Rabu, kepala dinas intelijen Mossad Israel berjanji bahwa badan tersebut akan memburu setiap anggota Hamas yang terlibat dalam serangan 7 Oktober terhadap Israel, di mana pun mereka berada.

Komentar David Barnea nampaknya merupakan indikasi terkuat yang menjadi dalang ledakan hari Selasa tersebut.

Ini adalah serangan pertama yang melanda Beirut setelah hampir tiga bulan terjadi baku tembak setiap hari antara militer Israel dan Hizbullah di perbatasan Israel-Lebanon.

Hizbullah meluncurkan roket melintasi perbatasan mulai tanggal 8 Oktober 2023 untuk mendukung Hamas, yang telah melakukan serangan mematikan ke Israel selatan pada hari sebelumnya yang ditanggapi Israel dengan kampanye pemboman yang menghancurkan di Jalur Gaza.

Hizbullah adalah bagian dari “poros perlawanan”, sebuah aliansi longgar kelompok bersenjata yang memiliki hubungan dengan Iran.

Mereka termasuk Hamas di Palestina dan Houthi di Yaman.

Nasrallah menegaskan tindakan “cepat” Hizbullah pada tanggal 8 Oktober dan penembakan lintas batas sejak saat itu telah mencegah kampanye pemboman yang lebih luas oleh Israel di Lebanon.

Dia mengatakan “tidak akan ada batas atas” dan “tidak ada aturan” untuk memerangi Hizbullah jika Israel melancarkan perang terhadap Lebanon.

Berbicara kepada Al Jazeera, Andrea Dessi, asisten profesor hubungan internasional di American University of Rome, mengatakan sepertinya tidak akan ada “eskalasi langsung dalam beberapa hari mendatang”.

Baca juga: Pejabat Senior Hamas Saleh al-Arouri Terbunuh dalam Serangan Pesawat Tak Berawak Israel

Halaman
12

Berita Terkini