Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Fahroni Slamet
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Memasuki malam ke-27 Ramadan atau Malam 27 Likur, Senin (17/4/2023), masyarakat Desa Hitu, Maluku Tengah gelar pawai obor keliling desa.
Tradisi yang telah ada sejak lama itu terus dijaga masyarakat desa tersebut hingga dengan sekarang.
Pantauan TribunAmbon.com, pawai tersebut d dominasi oleh banyaknya anak-anak dan para remaja Negeri Hitu.
Mereka pun membawa obor yang terbuat dari bilah bambu berisikan minyak tanah yang tujuannya menjaga obor tetap menyala.
Dengan memanjarkan pujian-pujian kepada tuhan, mereka mengelilingi desa itu.
Pawai obor itu dimulai dari jalan masuk utama perkampungan itu, berjalan mengintari perkampungan hingga kembali ke titik awal.
Baca juga: Banda dan Namlea Jadi Daerah Tujuan Mudik Terbanyak Lebaran 2023
Baca juga: 11 Titik Jalan di Ambon Disekat saat Malam Takbiran, Ini Daftarnya
Meskipun berjalan sepanjang ratusan meter, mereka tetap terlihat gembira tanpa rasa lelah.
Rumah-rumah warga Negeri juga turut dipasangi obor di setiap sudut rumah.
Terdapat juga belasan anak-anak yang melakukan tarian menggunakannya sapi tangan.
Budaya Negeri yang lebih dikenal dengan sebutan malam 7 likur ini selalu gelar setiap tahun untuk menyemarakkan 10 hari terakhir Ramadan.
Tradisi malam tujur likur sendiri merupakan tradisi yang berlaku ketika memasuki 10 terakhir bulan Ramadhan.
Dimulai dari malam 21 Ramadhan yang berati Satu Likur sampai kepada malam puncak 27 Ramadhan, yakni tujuh likur.
Selain Pawai obor, terdapat juga tradisi Bawa Ketupat dan juga Bakar Oborate yang telah mulai dari sore hari di desa Hitu.
Bawa ketupat adalah cara Desa Hitu untuk menghitung jumlah masyarakat yang terdapat disana jelang lebaran, sedangkan bakar Oborate adalah tradisi menyalakan obor ditiap rumah disana.(*)