Adapun untuk elongasinya masih antara 2,25-3,75 derajat sehingga belum memenuhi kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS).
Untuk diketahui, MABIMS mensyaratkan sudut ketinggian minimal 3 derajat di atas ufuk dan elongasi atau jarak sudut antara bulan dengan matahari minimal 6,4 derajat.
"Sehingga hilal pada 20 April pada petang besok itu agak sulit diamati bahkan menggunakan alat bantu seperti teleskop," terang Andi.
Baca juga: Muhammadiyah Tetapkan Idul Fitri Jatuh pada Jumat, 21 April 2023, Kemungkinan Beda dengan Pemerintah
Sehingga, dengan perkiraan tersebut dan sudah adanya ketetapan dari Muhammadiyah, terdapat kemungkinan Hari Raya Idul Fitri 1444 di Indonesia akan berbeda waktunya.
Meskipun ada potensi perbedaan, Andi mengatakan hal itu tidak menyurutkan semangat dan kemeriahan bagi umat Islam di seluruh Indonesia maupun di seluruh dunia.
Hal sama disampaikan Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin.
Thomas mengatakan, kemungkinan besar terdapat perbedaan Idul Fitri antara pemerintah dan Muhammadiyah.
Menurut dia, pemerintah kemungkinan akan memutuskan Idul Fitri jatuh pada Sabtu, 22 April 2023.
Thomas menjelaskan, perbedaan Idul Fitri bukan karena perbedaan metode hisab dan rukyat, melainkan kriteria.
Posisi Bulan pada saat maghrib 20 April 2023, menurut dia, masih rendah di ufuk barat.
Hal inilah yang menjadi sebab perbedaan lantaran kriterianya berbeda.
(Tribunnews.com/Yurika)(TribunJakarta.com/Muji Lestar)(Bangkapos.com/fitriadi)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jadwal Sidang Isbat Idul Fitri 2023, Kemenag: Ada Potensi Perbedaan Waktu.