Bappenas
Teguhkan Komitmen Capai NZE, Maluku Terapkan Pembangunan Rendah Karbon Berketahanan Iklim
Maluku dikenal sebagai lumbung ikan nasional dengan subsektor perikanan yang menyumbang 58 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi.
AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PPN/ Bappenas bersama Pemerintah Inggris melalui Foreign, Commonwealth & Development Office (FCDO) yang didukung oleh Oxford Policy Management (OPM) dan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) menggelar forum strategis yang mewadahi para pemangku kepentingan untuk memperkuat komitmen bersama menuju transformasi rendah karbon di wilayah Kepulauan Maluku.
"Dialog kebijakan ini menjadi momentumpenting untuk mempercepat implementasi PRKBI. Maluku memiliki posisi strategis sebagai provinsi kepulauan dengan potensi besar dalam energi baru terbarukan dan sumber daya kelautan. Melalui kolaborasi multipihak ini, kami optimis bahwa Maluku dapat menjadi model implementasi PRKBI yang inklusif dan berkelanjutan," ujar Deputi Bidang Pangan, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas Leonardo A. A. Teguh Sambodo dalam Dialog Kebijakan bertajuk
"Memperkuat Kolaborasi Multipihak dalam Akselerasi Pembangunan Rendah Karbon Berketahanan Iklim (PRKBI)" di Ambon, Maluku, Selasa (16/9/2025).
Baca juga: Pelimpahan Kasus 13 Ton Miras, Kapolres Malra Sebut Sementara Dipelajari
Maluku dikenal sebagai lumbung ikan nasional dengan subsektor perikanan yang menyumbang 58 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi.
Sekitar 87 persen penduduk Maluku bergantung pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, dengan wilayah Maluku Tengah dan Seram sebagai pusat produksi unggulan.
Sebagai bagian dari Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 714, provinsi ini kaya akan sumber daya strategis bernilai ekonomi tinggi yang juga berpotensi menciptakan banyak lapangan kerja.
Baca juga: Prakiraan Cuaca di Maluku 17 September 2025, Hanya Wilayah MBD yang Cerah Sisanya Berawan
Provinsi ini berkontribusi tinggi dalam penyerapan karbon dengan luas tutupan hutan seluas 3.077.900 hektare dan kekayaan ekosistem karbon biru (blue carbon) seluas 1.210.192 hektare yang mencakup ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.
Kegiatan yang berlangsung pada 15-16 September 2025 ini juga menjadi forum audiensi dengan DPRD dan Pemerintah Daerah Provinsi Maluku yang membahas peran strategis lembaga legislatif daerah dalam mendukung transformasi rendah karbon, yang sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi daerah.
Berdasarkan Provincial Context Assessment for LCDI, implementasi Pembangunan Rendah Karbon (PRK) di Maluku masih menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari kerangka kebijakan yang terbatas hingga partisipasi pemangku kepentingan yang belum optimal.
Namun, hal ini juga membuka peluang besar untuk memperkuat fondasi, tata kelola, dan kapasitas, sehingga PRK dapat lebih inklusif dan berkelanjutan.
Dialog ini diharapkan dapat menjalin sinergi multipihak, terutama pelaku usaha, masyarakat sipil, khususnya organisasi perempuan dan masyarakat adat, serta tokoh agama dalam mendorong percepatan PRKBI di Maluku.
"Integrasi agenda PRKB dalam perencanaan daerah bukan sekadar kewajiban administratif, melainkan strategi
pembangunan jangka panjang. Maluku dengan target pengurangan emisi 60,93 persen pada 2030 dapat menjadi model bagi provinsi lain dalam mencapai target Net Zero Emissions 2060 yang sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi daerah," tutup Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas Nizhar Marizi. (*)
Pasca Diberitakan Tribun Ambon, Jalan Saparua-Itawaka, Malteng, Kini Telah Diperbaiki |
![]() |
---|
Seminggu Tim Independen Partai Nasdem Investigasi Kasus Miras di Kediaman Mourits Tamaela |
![]() |
---|
Nelayan Desa Mastur - Kabupaten Malra Diedukasi tuk Tingkatan Produktivitas Tangkapan Ikan |
![]() |
---|
Transportasi Laut Lumpuh, Mahasiswa Soroti Kelambanan Pemkab Buru Selatan |
![]() |
---|
Tipu 65 Korban, Polisi Ringkus Predator Seksual di Maluku Tenggara |
![]() |
---|