Tual Hari Ini

Jual Murah, Martabak Mini Wearhir Tual Raup Untung Rp 500 ribu per hari 

Hutar setiap pagi berjualan martabak mini di Kawasan Wearhir, setiap hari gerobak jualannya dijejali pembeli

TribunAmbon.com/vera
MARTABAK MANIS : Pak Hutar (60) saat menjajakan martabak manis di Kawasan Wearhir, Kota Tual, Selasa (26/8/2025). 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Megarivera Renyaan

LANGGUR, TRIBUNAMBON.COM - Martabak sudah tidak asing di lidah orang Indonesia. Lantaran konsumennya luas, banyak pelaku usaha yang tertarik menjajakan jenis makanan ini.

Salah satunya, martabak manis olahan Hutar (60) asal Jawa Barat yang sudah empat tahun, masih eksis di tengah perkembangan kuliner di Kota Tual.

Hutar setiap pagi berjualan martabak mini di Kawasan Wearhir, setiap hari gerobak jualannya dijejali pembeli, dari anak sekolah hingga pegawai kantoran.

Baca juga: Resmi Bertugas, Ini Profil Kapolda Maluku: Irjen Pol Dadang Hartanto

Baca juga: Sudah 3 Hari Makan Bergizi Gratis di Masohi Berhenti Operasi, Kantor SPPG Lengah dari Aktifitas  ‎

Sejak tahun 2021 dirinya merantau ke Kota Tual, kemudian menekuni usaha martabak manis mini dengan konsep gerobakan.

"Per hari bisa membuat 500 buah martabak yang dijual Rp. 1000 per buah," ungkapnya, Selasa (26/8/2025).

Menurutnya, dalam sehari bisa menghabiskan kurang lebih 9 kilo tepung terigu dan 5 kilo gula, variannya hanya satu bertabur meses.

"Untuk omset per hari bisa mengantongi Rp. 600 ribu, dau bersih Rp. 500 ribu, ya bisa balik modal lah," kata Hutar.

Dirinya menuturkan, enggan untuk berkeliling jika di kawasan Wearhir konsumsi dan pelanggan tetapnya sudah ada.

"Jarang baru berkeliling, disini sudah ditunggu sama pelanggan setia, kan harganya murah meriah," ujarnya.

Berjualan martabak, lanjutnya bukan semata-mata untuk mencari uang, namun lebih pada kebutuhan untuk menyajikan panganan murah untuk masyarakat.

"Ya, kami berusaha untuk mengimbangi daya beli masyarakat, jadi per buah dibandrol sangat murah Rp. 1000, kebanyakan konsumen daek anak-anak, ibu rumah tangga, pegawai negeri hingga swasta," tuturnya.

Disini hanya mangkal di saat pagi saja, sambil berinteraksi dengan pembeli, sekaligus mengobati rasa rindu keluarga.

"Seneng aja bisa bikin martabak, ngobrol sama pelanggan, ngumpul di sini sama anak-anak yang beli, anak dan istri di kampung soalnya," pungkasnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved